Lihat ke Halaman Asli

ufairah asril

mahasiswa

Alutsista Indonesia Mulai Dilengkapi, Apakah Dapat Memicu Security Dillema di Negara-negara Tetangga?

Diperbarui: 7 Maret 2020   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki luas wilayah daratan seluas 1.922.570 km dan perairan seluas 3.257.483 km2, yang terletak di kawasan Asia Tenggara merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Karena itu pula Indonesia memerlukan kekuatan militer untuk menjaga, melindungi dan mengawasi teritorial negaranya baik dari ancaman domestik maupun internasional.

Maka dari itu Menteri Pertahanan RI Probowo Subianto mulai aktif melakukan diplomasi keamanan dalam rangka memenuhi standar Alutsista (alat utama system persenjataan) yang dimiliki oleh TNI.

Hal ini terungkap pada tanggal 24 Febuari 2020 ketika Menhan RI Prabowo mengunjungi Kementrian Pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) di Abu Dhabi untuk menghadiri bilateral meeting dengan Menhan UEA Mohammed Ahmed Al Bowardi.

Selepas pertemuan bilateral, menteri pertahanan kedua negara tersebut menandatangani perjanjian kerjasama pada bidang pertahanan sebagai tahapan berikutnya dari letter of intent yang telah ditandatangani perwakilan kedua negara pada 24 Juli 2019 di Bogor mengenai kerjasama pertahanan meliputi kunjungan antar pejabat pertahanan, kerjasama pendidikan dan latihan, serta kerjasama industri pertahanan. 

Hal ini dinyatakan oleh Menhan Prabowo bahwa diplomasi pertahanan perlu diperkuat untuk menghadapi dinamika global, dan mencegah terjadinya ketegangan antar negara.

Selain melakukan diplomasi pertahanan, sesuai dengan perjanjian kedua negara Menhan Prabowo juga menjajaki Alutsista yang dibutuhkan negara Indonesia agar dapat  memenuhi target minimum essential force Alutsista Indonesia.

Pada bulan yang sama, Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono mewakili Menhan Prabowo datang ke Kantor Komisi I DPR RI untuk menyampaikan permohonan persetujuan agar hibah 14 Drone Scan Eagle UAV dan upgrade Helikopter Bell 412 dari Pemerintah AS diterima.

Drone ScanEagle bernilai 28,3 juta dolar AS memiliki keunggulan beroperasi di atas 15.000 kaki (4.572 m) dan mampu berada di medan perang untuk misi yang diperpanjang hingga 20 jam. Drone dengan bobot maksimum tempat pilot diizinkan untuk lepas landas atau maximum takeoff weight (MTOW) 22 kg ini, digerakkan mesin piston model pusher berdaya 15 hp.

Memiliki kecepatan terbang jelajah ScanEagle berada di kisaran 111 km/jam dan kecepatan maksimum 148 km/jam. Batas ketinggian terbang mencapai 5.950 m. ScanEagle juga sanggup berada di udara dengan lama terbang (endurance) lebih dari 24 jam.

Spesifikasi drone hibah dari AS menjadikannya salah satu alat yang dapat memenuhi Alutsista yang dibutuhkan Indonesia untuk melaksanakan patroli maritim dan integrasi ISR (intelijen, pengawasan, dan pengintaian) oleh Tentara nasional Indonesia Angkatan laut (TNI AL).

Sementara, upgrade peralatan Helikopter Bell 412 dengan nilai 6,3 juta dolar AS dibutuhkan TNI AL untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan meningkatkan kemampuan pertahanan negara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline