Lihat ke Halaman Asli

Celoteh Pedagang Angkringan dan Pembelinya Tentang DPR

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14147447801632045862

foto : www.tempo.co

Obrolan memakai bahasa Jawa, Setelah aku rangkum menjadi seperti kalimat yang berangkai seperti ini :

…………………………………................................…  jam 20.19 wib  ................................................……………..

“… Ada-ada saja ulah DPR kita ini. Kalah berebut jabatan kok trus mbikin DPR tandingan. Banting-banting meja dan bikin gaduh. Kok kekanak-kanakan banget ya ngeliatnya. Cemen banget yakin. Baru kali ini lho ada anggota DPR secemen mereka. Merengek-rengek minta jabatan. Padahal yang namanya jabatan di DPR kan diperebutkan, bukan di bagi-bagi. Kok enak dibagi-bagi. Emangnya kue kok dibagi-bagi. Tuh yang ngamuk-ngamuk kan ga ikut sidang alias WO saat itu. Ya salahnya sendiri WO, adu argument dong. Tunjukkan kualitasmu. Masak kalah argument trus WO. Kalah argument otot dikeluarin. Kalian ini anggota DPR apa atlit binaraga sih. Tahu gitu aku ga coblos kamu kemarin pemilu. Malu-maluin aja. Ya kayak gini nih kualitas anggota DPR yang lolos karena money politik bukan otaknya yang dijual, tapi kotak uang yang jadi andalan. Hadeuh nyesel betul milih mereka…”

……………………………...........................………… jam 21.00 wib …….............................……………………………………

“…Tapi mereka kan melakukan itu demi rakyat juga, meskipun aku tak tahu rakyat yang mana. Mereka sedang cari panggung buat mereka. Biar diespos media, diwawancara wartawan. Masuk tipi, diundang Karni Ilyas bicara di Indonesia lawyer club. Kita hargai juga sih ulah mereka. Kan wakil rakyat yang terhormat. Meski tingkah polahnya tidak terhormat…”

……………………............................…………..…… jam 21.52 wib ..……........................……………………………………

“…yang penting kita rakyat jangan terpancing ulah mereka. Dah biarkan saja nanti kan akur sendiri. Kalau perlu tipi di rumah ga usah pasha chanel dua stasiun ini. Hanya bikin kisruh masyarakat saja. Kita masyarakat kecil Cuma diperalat politikus-politikus di senayan. Dapat apa kita sekarang? BBM bentar lagi naik. Harga-harga pasti ikutan naik. Ini nasi sebungkus udah dua ribu, besok bisa lima ribu. Teh angetseribu besok dua ribu. Jahe susu tiga ribu besok lima ribu. Gas melon sekarang aja udah duapuluh ribu besok jadi berapa. Itu DPR ga pada tahu keluhan kita kok. Biarin aja biar berkelahi di sana. Kita ga usah ikut-ikutan. Kita pikirin periuk kita aja..wis bubar-bubar..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline