Lihat ke Halaman Asli

setiadi ihsan

Social Worker, Lecturer.

Mengungkap Aktor Intelektual 22 Mei dengan Gaya Sinetron

Diperbarui: 31 Mei 2019   04:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selain dari cerita kehidupan yang jauh dari keseharian, lebih banyak bercerita tentang kehidupan glamour sangat kontras dengan mayoritas pemirsanya yang hidup pas-pasan, banyak menumbuhkan mimpi dan utopia, keengganan saya melihat sinetron, adalah ceritanya yang dipanjang-panjangkan plus MONOTONE. Mungkin, untuk sebagian pemirsa televisi, justru bagian cerita yang dipanjang-panjangkan ini menjadi dorongan kuat, menimbulkan rasa penasaran untuk menonton episode berikutnya. Namun, bagi saya justru ini adalah wasting time.

Dalam kasus 22 Mei, kemarin, pada awalnya saya sangat mengapresiasi kerja kepolisian yang dengan sigap menangkap para perusuh yang disinyalir sebagai penyusup dari people power movement pasca pengumuman perhitungan suara hasil pilpres 2019. Dalam apresiasi itu, terselip harapan lanjutan bahwa secepatnya kepolisian RI dapat mengungkap siapa aktor intektual dibalik penyusup yang berhasil diringkus tersebut.

Penangkapan beberapa tokoh lanjutan, ternyata tidak menjawab harapan saya untuk segera mengetahui siapa aktor intelektual yang telah menyebabkan korban jiwa dalam peristiwa 22 Mei tersebut.

Harapan saya, bukan sendiri, banyak masyarakat pun menaruh harapan yang sama. Namun, sampai saat ini aktor intelektual itu belum diketahui.   Sesulit itukah?

Membaca artikel di detiknews tanggal 28 Mei, bertajuk Polisi Beberkan Alur Pendanaan dari Aktor Intelektual ke Perusuh 22 Mei, menyimpan pertanyaan mendasar. Ketika polisi berhasil mengungkap alur pendanaan dan hal itu berdasarkan pengakuan tersangka kerusuhan atas interogasi pihak kepolisian, apa sulitnya pihak kepolisian mengungkap siapa pemasok dana yang erat kaitannya dengan aktor intelektual.

Bahkan pihak PPATK pun telah meresponse berita pengungkapan alur pendanaan di atas, walaupun sifatnya masih menunggu permintaan polisi. Padahal dengan satu pertanyaan,"Siapa yang memberikan dana kepada Anda?" kepada terperiksa, bukankah ini juga akan jauh memberikan kemudahan kelak kepada kerja PPATK, ketika diperlukan.

Alih-alih saya berharap Pihak Kepolisian yang secepatnya mengungkap siapa penyandang dana untuk kemudian diarahkan kepada pengungkapan aktor intelektual, malah pihak Indonesia Police Watch (IPW) lah yang mengungkap adanya 3 penyandang dana, antara lain disebutkan sebagai Tokoh Pengusaha dan Tokoh Partai. Walau demikian IPW hanya dapat mendorong, mendorong, dan mendorong agar kepolisian secepatnya mengungkap siapa aktor intelektual itu!  

Saya melihatnya, sinetron, sinema elektronik Indonesia atau telenovela-nya Amerika Latin sedang dimainkan, dengan kekhasan memanjangkan cerita pendek menjadi sebuah novel berbelit panjang, nemun tetap MONO TONE.

Arghhh...

Kalau ini sudah jadi sinetron. Maaf, malas... untuk menyimak lebih lanjut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline