Lihat ke Halaman Asli

Setyawan 82

Jurnalis

Sarapan di Gambir dan Jangan Mudah Mengatasnamakan Umat

Diperbarui: 26 September 2018   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pagi-pagi setelah bangun tidur paling enak bila kita sedikit melakukan peregangan otot dan penjernihan otak supaya urat-urat melemas dan otak menjadi jernih. Peregangan otot bisa dilakukan dengan merentangkan otot-otot tangan dan kaki serta melemaskan otot leher. Sementara penjernihan otak bisa dilakukan dengan mendengarkan lantunan ayat suci atau musik instrumental bahkan sesederhana mendengarkan gemericik air kolam, suara burung di pagi hari dan banyak cara lainnya.

Kenyamanan di pagi hari semakin sempurna bila sebelum beraktivitas kerja ada secangkir kopi hangat dan kudapan ringan untuk menemani kita membaca informasi berita supaya enggak kuper bin kudet. Apalagi istri sudah mandi dan berpakaian bersih menemani pagi kita. Sempurna bukan ?

Pagi ini berita hampir banyak di media online memberitakan informasi Politik. Apalagi media sosial. Normal saja sih, karena baru beberapa hari lalu dua kandidat calon Presiden dan Wakil Presiden memilih nomor keberuntungan mereka masing-masing.

Melihat rekasi banyak netizen menanggapi berita menjadi menarik akhir-akhir ini. Bahkan sebutan bagi para netizen pun unik-unik untuk membedakan mereka ada di kelompok atau kubu mana. Namun saya tidak akan membahas hal tersebut saat ini.

Sebuah artikel berita di salah satu media online yang direlase di babe.topbuzz.com yang kebetulan muncul dari edaran broadcast whatsapp membuat saya ingin sedikit membantu netizen tidak salah dalam memahami apa yang muncul dalam berita tersebut. Dari judul yang dipilih cukup angker menurut saya dan provokatif (menarik minta baca dan bagi yang tidak punya kuota membaca isinya sudah pasti mudah ditebak kemudian tanpa membaca isinya ikut menyebar luaskan). Apalagi ini di tahun Politik. Start kampanye sudah masuk waktunya. Judulnya "PT KAI Gagal Hargai Umat Islam". Apa penilaian anda dari judul tersebut ? Sempit kan ? Darimana kesimpulan judul itu bisa dipilih ? Apakah sedemikian parah kejadiannya ?

Berikut saya kutipkan isi berita yang saya maksud dari media online tersebut:

PT KAI Gagal Hargai Umat Islam 

Lantaran jajarannya dinilai tidak peduli terhadap umat Islam. Hal tersebut dapat ditelisik dari sikap PT KAI khususnya Daerah Operasional 1 Jakarta yang terkesan mengabaikan keluhan masyarakat terkait fasilitas ibadah Masjid At Tanwir di Stasiun Gambir.

"Katanya Jokowi peduli umat Islam, tetapi dalam prosesnya jajarannya ini justru tidak peduli padahal keluhan telah disampaikan secara berulang-ulang," kata Koordinator Jaringan Muda Muslim Jayakarta (JMMJ), Ahmad L, Selasa (25/9/2018).  artikel lengkap di sini


Dari isi curhatan salah satu keluhan Koordinator Jaringan Muda Muslim Jayakarta (JMMJ) yang bernama Ahmad L yang memprotes bahkan menyarankan untuk mencopot Kadaop hingga Senior Manager Humas karena dianggap tak mampu menata wilayah kerjanya kok saya rasa berlebihan dan salah satu hal yang menyerupai unsur persekusi di dunia maya ya. Dimana seseorang yang tidak sejalan dengan kemauan kelompok dianggap sebagai yang tidak menghargai atau terkesan seperti musuh karena himbauannya seperti nada ancaman untuk memerintahkan mencopot jabatan seseorang.

Perlu digaris bawahi bahwa, Stasiun adalah fasilitas umum yang melayani khusus untuk segala operasional jasa angkutan baik angkutan penumpang dan angkutan barang dimana sebagian areanya diperuntukan untuk kepentingan operasional dan penunjang operasional. Demikian halnya dengan Stasiun Gambir. Stasiun Gambir bukan Islamic Center atau tempat yang peruntukan utamanya untuk ibadah umat beragama. Namun, Stasiun Gambir juga tidak mengabaikan kebutuhan ibadah penumpang lo, KAI telah memberikan ruang ibadah di stasiun-stasiun bagi para pengguna jasa kereta api salah satunta seperti Masjid At Tanwir di kawasan Stasiun Gambir Jakarta Pusat.

Stasiun Gambir adalah stasiun kereta yang peruntukan utamanya untuk aktivitas perkeretaapian. Adanya ruang ibadah dilokasi stasiun adalah fasilitas tambahan yang diberikan seperti halnya toilet, ruang laktasi dan kantin atau food court. Sementara untuk permintaan perluasan yang disampaikan kok seperti kesannya dipaksakan dan justru semacam tak berterimakasih atau kurang rasa bersyukur.

Sebenarnya di sekitar Stasiun Gambir juga terdapat beberapa Masjid selain Masjid At Tanwir yang lebih besar. Seperti Masjid Istiqlal yang jauh lebih khusus untuk tempat ibadah dan mampu menampung jumlah jamaah yang jauh lebih banyak jamaahnya. Saya juga muslim, tidak juga kerja di kereta api, tetapi saya tidak akan berkata seperti dijudul media itu, kan sudah dikasih tempat ibadah, harusnya berterimakasih dan bersyukur, ga kecil juga lo ya.

Coba cek toko sebelah, andingkan saja KAI yang sudah kasih ruang untuk Masjid di Stasiun Gambir saja dianggap gagal hargai umat Islam. Di toko sebelah seperti Terminal, Bandara, Taman Kota, dan Mall apa Pasar-Pasar, kira-kira bagaimana tempat ibadahnya ? Bisa-bisa mereka juga dicap tidak hargai umat nanti kalau hal seperti ini dibiarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline