Lihat ke Halaman Asli

Zul Hendra

Bankir Syariah/Akuntan/Mahasiswa

Sistem Ekonomi Islam "Ancaman atau Solusi" bagi Perekonomian Dunia

Diperbarui: 6 November 2019   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dengan Kehadiran sistem Ekonomi Islam dalam perekonomian global saat ini, hal ini berpotensi memunculkan respon yang berbeda sesuai kepentingan masing-masing pihak/negara/lembaga. Misalnya, bagi Negara/lembaga keuangan penganut sistem kapitalis/liberalis mungkin menganggap kehadiran sistem ekonomi Islam adalah ancaman keberlangsungan sistem kapitalis karena sistem ini akan mengganggu pangsa pasar serta menggerus profit mereka di perekonomian global.

Sementara dari sudut pandang negara-negara muslim atau negara yang menyadari akan bahaya kapitalisme, menyikapi kehadiran sistem ekonomi Islam sebagai solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan perekonomian global saat ini akibat sistem kapitalis-liberalis. Namun, pada artikel ini penulis akan mencoba menjabarkan beberapa hal diantaranya: 1. Ekonomi Islam, apakah sebuah konsep baru?; Apa dampak Sistem Ekonomi Kapitalis/liberal terhadap perekonomian dunia saat ini? dan Bagaimana geliat Ekonomi Islam di dunia saat ini?.

SISTEM EKONOMI ISLAM, APAKAH SEBUAH KONSEP BARU?

Jika merujuk sejarah Peradaban Islam, pada prinsipnya praktek ekonomi Islam sudah mulai diterapkan semenjak masa kerasulan Nabi Muhammad SAW. Secara bertahap teori, syariat dan praktek perekonomian Islam terus terbangun seiring dengan perkembangan peradaban Islam.

Setelah Rasulullah wafat, generasi Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Utsmaniyyah, Kerajaan Mamalik di Mesir, Kerajaan Murabithin dan Muwahhidin di Maroko dan Kerajaan Mongol di India dan Asia, telah mempraktekkan dan mengembangkan sistem perekonomian yang memberikan kesejahteraan dan kemakmuran. Sejarah juga mencatat banyak tokoh ekonom muslim yang hidup dan berjaya di zamannya masing-masing, seperti Tusi, Al-Farabi, Abu Yusuf, Ibnu Taimiyyah, Al-Maqrizi, Syah Waliyullah, Ibnu Khaldun dan lain-lain.

Sistem ekonomi tersebut merupakan suatu susunan baru yang bersifat universal, bukan merupakan ekonomi nasional bangsa Arab. Sistem ekonomi tersebut dinamakan ekonomi Islam.

Ekonomi Islam pernah tidak populer sama sekali. Kepopuleran ekonomi Islam bisa dikatakan masih belum lama. Oleh karena itu, sering muncul pertanyaan, apakah ekonomi Islam adalah baru sama sekali? Jika melihat pada sejarah dan makna yang terkandung dalam ekonomi Islam, ia bukan sistem yang baru. Memang banyak ahli dan penulis sejarah Islam yang meragukan eksistensi berfungsinya sistem perekonomian Islam dan mekanisme sistem syariah secara keseluruhan.

Sejarah mencatat bahwa umat Islam pernah mencapai zaman keemasan, yang tidak dapat disangkal siapapun. Dalam masa itu, sangat banyak kontribusi sarjana muslim yang tetap sangat diakui oleh semua pihak dalam berbagai bidang ilmu sampai saat ini, seperti matematika, astronomi, kimia, fisika, kedokteran, filsafat dan lain sebagainya. Sejarah juga membuktikan, bahwa sulit diterima akal sehat sebuah kemajuan umat dengan begitu banyak kontribusi dalam berbagai lapangan hidup dan bidang keilmuan tanpa didukung lebih awal dari kemajuan di lapangan ekonomi.

Sistem ekonomi Islam dalam hal ini mengakomodasi semua kondisi ekonomi, baik lingkungan maupun pelakunya. Khususnya bagi mereka yang tidak memiliki pilihan atau akses, Islam menawarkan mekanisme zakat sebagai solusi dalam memecahkan permasalahan ekonomi umat, disamping beberapa kebijakan ekonomi negara yang memang ditujukan kepada umat.

Sehingga yang relatif menjadi potensi untuk menjadi masalah adalah distribusi harta yang tidak merata, yang diberikan Allah SWT kepada masing-masing manusia. Ketika penyikapan manusia baik secara individu maupun kolektif tidak benar, maka akan menimbulkan masalah-masalah, bukan hanya ekonomi tapi juga masalah sosial.

Salah satu titik perbedaan filosofis yang kemudian berpengaruh pada perbedaan pengembangan dalam aplikasi sistem ekonomi Islam dan konvensional adalah eksistensi nilai iman (beliefs) sebagai inspirasi motif prilaku ekonomi manusia. Nilai iman bukan sekedar bermakna keyakinan, tetapi juga memahami betul dan secara konsisten sejalan dengan nilai aqidah, akhlaq dan ketentuan-ketentuan syariah Islam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline