Seperti yang kita ketahui atau mungkin tanpa kita sadari bahwasanya dalam kehidupan sehari-hari, kita cenderung akan memberikan kontribusi terbaik di suatu tempat ketika sudah merasa nyaman di sana.
Tempat ini bisa memiliki defenisi berbeda bagi setiap orang, bisa saja berarti lingkungan kerja, lingkungan kita dalam mengenyam pendidikan, lingkungan berorganisasi ataupun bahkan lingkungan keluarga.
Ketika kita berbicara mengenai kenyamanan pada suatu lingkungan, ini tidak berarti hanya berlaku pada diri kita sendiri, namun juga dengan orang-orang di sekitar kita. Sehingga, ketika kita nyaman dengan lingkungan kita ataupun orang di sekitar kita nyaman dengan kita maka akan terjalinlah hubungan yang mendukung (support system) orang-orang pada lingkungan tersebut untuk memberikan kontribusi terbaiknya.
Misalnya saja ketika di lingkungan organisasi, ketika seseorang nyaman dengan lingkungannya maka ia akan memberikan kontribusi terbaiknya sekalipun di tengah perjalanan nanti ada hal-hal yang tentu saja membuat orang tersebut mengorbankan hal-hal lain baik itu uang, tenaga, dan pikirannya.
Dan tentu saja hal ini akan sangat berdampak terhadap performa pergerakan suatu organisasi dalam mewujudkan tujuannya. Hal ini pun juga berlaku di lingkungan kerja yang akan berdampak pada kesuksesan suatu kantor atau mungkin perusahaan tempat seseorang itu bekerja.
Nah, dalam lingkungan tersebut tentu saja akan kita temui berbagai macam orang dengan watak dan sifat yang berbeda, mulai dari sifat-sifat yang kita senangi hingga yang tidak kita senangi.
Namun kunci dalam berhubungan dengan orang lain adalah bagaimana kita memanjemen diri kita (yang dapat kita kendalikan), bagaimanapun perilaku orang lain (yang tentunya di luar kendali kita), entah itu baik ataupun buruk, semuanya tergantung bagaimana kita menyikapi hal tersebut.
Hal ini tentu akan menjadi suatu keuntungan bagi orang-orang yang pada masa mudanya tidak hanya sibuk dengan perihal akademik (study oriented) saja namun juga diimbangi dengan ikut berbagai macam kegiatan di organisasi yang melatih mereka dalam berhubungan dengan orang lain, serta tentunya juga melatih untuk menyeimbangkan antara studi dan organisasi.
Orang-orang organisatoris telah mengalami asam, garam, pahit, dan manis dalam berhubungan dengan orang lain, sehingga pengalaman ini lah yang melatih serta membentuk karakternya untuk bijak dalam memberikan respon agar tugasnya di organisasi tetap tercapai.
Contoh sederhananya, ketika di tempat kerja ia ditempatkan pada satu bagian kepanitiaan dengan orang yang moody-an, di lain sisi ia harus segera menyelesaikan tugas kepanitiaan tersebut.
Maka di sanalah terlihat perbedaan orang yang benar-benar memanfaatkan waktu berorganisasinya untuk menempa diri, ia akan mencoba berbagai macam cara pendekatan terhadap orang tersebut untuk menggerakkan orang itu dan menyukseskan tujuan ataupun tugas dari kepanitiaan di tempat kerjanya.