Lihat ke Halaman Asli

Ketika Ramadhan Tanpa Hidangan

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Ahh..Bunda, kami bukan anak kecil yang hanya mau sahur dan buka dengan iming-iming menu yang enak…”

Aku teringat ketika memasuki hari puasa pertama. Seperti kebanyakan keluarga yang lain, yang juga sibuk mempersiapkan menu khusus untuk sahur perdana. Sama halnya dengan Bunda. Beliau juga ingin menyajikan yang istimewa untuk keluarga. Terutama untuk aku dan adik-adik. Menu yang pertama, harus special. Agar semangat bangun sahur. Begitulah kata-kataku dulu untuk merayu Bunda agar membuatkan menu favorit ketika sahur perdana.

“Besok Bunda mau masak apa ya..?” Kata Bunda seolah ingin tahu jawaban dari aku dan adik-adik.

“Ayam cabe ijo aja gimana, Bun?” Kata Isna, adikku yang pertama.

“Gimana kalau semur daging aja. Itu lebih maknyus rasanya.” Dede, adikku yang kedua ikut mengutarakan pendapatnya.

Kemudian Bunda menatap kearahku yang masih asik dengan buku bacaan. Bunda menunggu pendapatku.

“Sahur sama apa aja boleehh..” Kataku santai, ditambah sedikit cengengesan. Mengikuti gaya bicara yang sedang trend saat ini.

Dalam hati, akupun telah menyusun sederet daftar menu untuk sahur dan buka. Tapi urung ku utarakan semua itu. Aku tahu, saat ini sedang berada dalam keadaan yang mengharuskan kami sekeluarga berhemat. Akupun belum dapat memberi Bunda ‘budget’ untuk belanja. Karena belum tanggalnya terima gaji.

Ah…. Bunda, kami bertiga bukan anak kecil lagi yang hanya mau sahur dan buka dengan iming-iming menu enak yang sering kali kau lakukan seperti bulan Ramadhan sebelumnya. Kami sudah besar Bunda. Meski tak ada menu istimewa, tapi kami akan tetap puasa.

Entah bagaimana Bunda mengusahakan menu istimewa itu. Sahur perdana, kulihat meja makan dengan semur daging favorit kami sekeluarga. Bunda, selalu ingin berusaha memberikan yang kami mau. Meski sudah kukatakan, “Ngga usah dipaksain dulu ya, Bun. Kita sahur seadanya aja”. Namun nyatanya, selalu ada kejutan dari Bunda. Meski mungkin susah payah Bunda mengusahakan menu itu.

Ramadhan yang sederhana. Sesederhana menu yang tersaji di meja makan saat sahur dan berbuka puasa. Semoga tetap mampu menjaga keikhlasan dan semangat puasa kami. Meski hanya ada nasi dan lauk yang seadanya. Dan semoga ini dapat membuat kami merasakaan kesederhanaan saudara-saudara seiman yang hidupnya jauh berada dibawah keterbatasan dan kekurangan. Tak perlu ada kemewahan, tak perlu ada yang berlebihan, niat yang ikhlas akan jauh lebih bernilai dihadapan Nya. Semoga Ramadhan kali ini pun menjadi masa pembelajaran yang berarti bagi kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline