Pak Presiden Yang Terhormat, sejujurnya kami tidak sanggup lagi dengan keadaan ini, tapi tidak bisa mengelaknya dan saat ini kami tidak mampu menyalahkan siapapun. Kami hanya bisa bertahan, menenangkan anak-anak kami yang menangis, menutup rapat pintu dan jendela rumah dan memakai masker setiap melakukan aktivitas.
Cobalah Bapak menginap semalam saja disini, Bapak akan merasakan betapa pedihnya mata kami, betapa sesaknya hidung kami, betapa rindunya kami dengan udara pagi yang segar, mentari yang bersinar cerah, kami sudah jenuh dengan nuansa sore di pagi hari, betapa sulitnya kami memandang dan betapa takutnya kami dengan keadaan yang bertambah parah ini. Hari ini kami sudah merasakan abu-abu yang bertaburan seperti salju.
Pak Presiden, kami bukan masyarakat yang manja, kami sudah terbiasa susah dan menderita. Kami hanya mengkhwatirkan nasib dan masa depan anak kami yang tidak bisa masuk sekolah dan anak kami menderita karena asap yang tak kunjung usai, merekapun merindukan main sepakbola di lapangan tanpa masker.
Pak Presiden, kami tidak tahu lagi harus mengadu kemana, kami hanya bisa berdoa kepada Sang Pencipta untuk disegerakan turunnya hujan dan berdoa agar kami tidak mati karena keadaan ini.
Jambi, 11 September 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H