Lihat ke Halaman Asli

Gara-gara Kolor, Saya dan Ahok Putus Hubungan

Diperbarui: 18 Maret 2016   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berseliweran lalu lintas informasi terkait topik Ahok, itu lantaran manusia punya mulut, punya suara, punya hak, dan manusia itu sendiri populasinya hari tambah hari semakin menutupi lahan yang tersedia di bumi. Wajar saja jika informasi terkait Ahok seperti pasir dilaut atau seperti hiruk pikuk gemerlapan diskotik, dari sudut pandang apa saja sesuai kemampuan isi kepala masing-masing individu, termasuk sisi yang cukup peka di Indonesia, jika ditinjau dari sudut Sara.

Semua kemungkinan untuk dukungan ataupun kontra, dengan mengkaitkan hal-hal yang bisa dikaitkan termasuk salah satunya ganjalan merk kolor, jika Ahok tidak pakai kolor bermerk Batman, maka dukungan akan saya relakan kepada bukan Ahok yang kolornya bermerk Batman. Padahal Superman belum tentu pakai kolor, apalagi batman, karena tokoh super ini sudah tahu mereka super, untuk apa pakai kolor?.

Padahal menurut kacamata saya kesuperan Ahok, sungguh diluar nalar kebiasaan, sesuai nalar kebiasaan kondisi di Indonesia ini, jika saya manusia impor, tentunya cara pandang saya disesuaikan dengan kebiasaan dari mana asal saya diimpor, artinya bahwa Ahok mampu berbuat hal-hal yang sama sekali belum berani rata-rata manusia super Indonesia lakukan, namun gara-gara merk kolor saya batman, saya minta Ahok ikutan ganti kolor agar saya tidak salah pilih, kok kenapa tidak saya saja yang jadi Ahok? agar kolor saya menjadi trend, namun apa daya siapa yang mendukung saya?.

Terlepas dari itu semua, saya tidak mau repot, pilihan ada pada diri masing-masing, mau dibumbui, mau organik, mau keracunan, mau pengekor, seluruhnya diserahkan kepada dorongan jiwa. Kalaupun tentunya masih tetap ada dorongan lain seperti dorongan miras atau dorongan nafsu, seperti apa yang dikatakan Walikota Surabaya, atau dorongan nano-nano lainnya.

2017 Waktunya Politikus melihat bagaimana masyarakat Jakarta mengucurkan tetes darah nasionalismenya. Bravo DKI Jakarta

IBLIS BERSAMAMU, TUHAN TIDAK ADA, HANYA MANUSIA ANTAR MANUSIA YANG MENENTUKAN ARAH KEHIDUPANNYA KE DEPAN

Hihihi

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline