Kabupaten Jember merupakan daerah yang memiliki berbagai macam komoditi pertanian dan perkebunan yang dikarenakan tanah yang subur di wilayah kabupaten Jember. Banyak potensi lokal yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian kabupaten Jember. Wilayah kabupaten Jember terbagi menjadi 31 kecamatan yang terdiri dari 28 kecamatan dengan 226 desa dan 3 kecamatan dengan 22 kelurahan. Salah satunya yakni di kecamatan Sumbersari yang mana daerah ini merupakan area kampus UNEJ sehingga mahasiswa banyak yang berlalu lalang pada daerah ini.
Semenjak beredar berita bahwa virus covid 19 mulai memasuki Indonesia, seluruh kegiatan mulai dibatasi atau dikenal dengan istilah physical distancing yang meluas menjadi social distancing. Adanya istilah tersebut menjadikan setiap orang harus terbiasa dengan bekerja dari rumah dan belajar dari rumah. Hal tersebut sangat berdampak pada sektor perekonomian Indonesia termasuk kelurahan Sumbersari yang mana usaha masyarakat ramai karena mayoritas pembeli adalah mahasiswa, namun mulai menurun karena mahasiswa kembali ke kampung halaman masing-masing untuk belajar dari rumah. Hingga saat ini belum diketahui kapan virus covid 19 ini akan pergi sehingga aktivitas dapat menjadi normal seperti biasanya.
Pemberlakuan PPKM sejak tanggal 3 Juli 2021 menjadikan usaha masyarakat semakin sepi pembeli. Kegiatan KKN yang diadakan pada tanggal 11 Agustus 2021 masih bertepatan dengan adanya kegiatan PPKM membuat KKN dilakukan dengan konsep yang berbeda yakni dengan tema KKN Back To Village yang ke 3. Sasaran yang penulis pilih adalah pelaku usaha tahu kocek didaerah kelurahan Sumbersari Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember tepatnya di Jl. Mastrip gang 3 dengan tematik KKN yakni Program Pemberdayaan Usaha Masyarakat Terdampak Pandemi Covid 19.
Sejak adanya pandemi, usaha tahu kocek dari sasaran yang telah penulis pilih mulai menurun karena mahasiswa banyak yang pulang sehingga penjualan menjadi sepi. Dengan adanya KKN BTV UNEJ ini, penulis berharap kegiatan KKN dengan mitra ini dapat menjadikan usaha ini berkembang dan penjualan menjadi lebih meningkat dengan beberapa inovasi yang akan penulis rencanakan bersama mitra khususnya mulai melakukan digital marketing untuk penjualan secara online.
Mitra penulis pada KKN BTV UNEJ III adalah Mbak Rini. Usaha ini sebelumnya dilakukan oleh Mbah (Ibu dari Bu Rini). Tahu Kocek yang dijual tidak seperti pada umumnya dan tidak mematok harga untuk per porsi sehingga pembeli dapat membeli tahu kocek sesuai keinginan dan budget yang ada. Jika biasanya tahu kocek di sekitar kampus dijual dengan harga Rp. 5.000,- per porsi, maka lain halnya dengan tahu kocek milik Bu Rini, pembeli masih bisa membeli dengan harga Rp. 2.000,-.
Hal ini dikarenakan mitra mementingkan keinginan konsumen. Selain tahu kocek, Mbak Rini juga mulai berjualan bakso dimana bakso tersebut tidak dibuat sendiri akan tetapi mengambil dari orang lain sebagai reseller dan beberapa cemilan. Penambahan jajanan tersebut dikarenakan konsumen terkadang bosan dengan makanan yang itu-itu saja sehingga perlu adanya penambahan variasi.
Dengan adanya kegiatan KKN ini diharapkan penulis dapat memberikan solusi sehingga dapat mengatasi permasalahan mitra. Kegiatan KKN ini dilakukan selam 30 hari sehingga perlu perencanaan yang matang untuk program kegiatan yang akan dilakukan bersama dengan sasaran. Saat melaksanakan kegiatan KKN kami selalu mematuhi protokol kesehatan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Ada beberapa program kerja yang dibagi dalam 4 minggu pelaksanaan KKN BTV III ini.
Pada minggu pertama kegiatan yang dilakukan adalah melakukan survey lokasi sasaran, perkenalan kepada mitra, pembuatan BMC dan program kerja selama pelaksanaan KKN serta sosialisasi program kerja yang telah dirancang agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Pada pelaksanaan KKN minggu kedua kegiatan yang dilakukan adalah mencari referensi resep baru untuk mengurangi kebosanan konsumen, percobaan pembuatan produk dari referensi yang telah dilihat sebelumnya dari sosial media, mencari kemasan yang cocok jika ada pesanan.