Bahasa adalah hal yang penting dalam komunikasi setiap manusia. Pemerolehan dan perkembangan bahasa pada setiap orang berbeda-beda, semua dimulai ketika manusia itu dilahirkan, bagaimana ia memperoleh suatu bahasa dan bagaimana perkembangannya. Pemerolehan bahasa dikatakan sebagai proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh manusia secara natural pada saat awal belajar bahasa ibu. Ketika anak dilahirkan ia secara naluriah dapat memperoleh bahasa yang pertama ia dengar atau biasa disebut dengan bahasa ibu (native language).
Chomsky mengibaratkan anak sebagai suatu entitas yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol serta kabel listrik, mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola lampu tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input dari sekitarnya. Perkembangan bahasa menurut pandangan Navitisme yang berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada anak-anak bersifat alamiah (nature), dan pandangan Behaviorisme yang berpendapat bahwa penguasaan bahas pada anak bersifat suapan (nurture).
Bacaan yang sering dibaca atau di dengar oleh anak saat orang dewasa membaca, akan berpengaruh pada pemerolehan dan perkembangan pada bahasa anak tersebut. Menurut Setiawati Intan Savitri, seorang doctor bidang ilmu Psikologi mengatakan bahwa pada usia 0 hingga 11 tahun, disebut tahap preconventional atau mengenali yang benar dan salah. Ia menyampaikan bahwa pada saat usia ini, anak-anak sangat egosentrik. Maka moralitas yang harus dikembangkan adalah sifar mengelola egosentriknya.
Doctor Setiawati juga menjelaskan bahwa buku-buku bacaan yang dibagikan kepada anak usia terebut, idealnya yang mengajarkan bagaimana cara berbagi dan menghargai orang lain. Menumbuhkan minat bacaan pada anak saat usianya masih dini sangat penting. Dengan membaca akan dapat mengembangkan kemampuan kognitif pada anak,dapat meningkatkan majinasi dan keativitas pada anak, merangsang fungsi otak anak, dan dapat mengenal konsep dan kosakata pada anak tersebut.
Dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh The Journal Pediatrics menunjukkan betapa aktivitas rutin membaca yang dibiasakan sejak dini dapat meningkatkan perkembangan otak anak. Bahkan lewat mendengarkan cerita yang dibacakan, bisa membawa perubahan positif pada perkembangan kognitifnya. Membaca bisa menjadi stimulus kognitif yang merangsang sisi otak anak untuk membantu mereka mencitrakan diri sendiri dan orang lain serta memberikan pemahaman mengenai bahasa dan makna dalam sebuah cerita.
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa anak yang membaca akan lebih tinggi kosakatanya daripada anak yang tidak membaca. Semakin banyak anak membaca, maka semakin banyak pengetahuan yang dia serap. Membaca juga tidak harus anak itu sendiri, orang tua juga sangat berperan dalam hal ini, anak bisa diajak membaca bersama, atau menyimak bacaan kita. Orang tua juga harus bijak dan teliti dalam pemilihan bacaan anak. Orang tua hendaknya selalu memantau dan mengontrol apa yang dibaca dan yang akan kita bacakan pada anak. Karena di zaman sekarang, tidak sedikit bahan bacaan yang malah berpengaruh negative pada anak dan berdampak buruk pada perkembangan anak tersebut.
Bagaimana pemerolehan dan perkembangan bahasa pada anak tergantung dari bacaan yang dia baca dan dengarkan. Jika dari kecil anak dibacakan dan membaca hal yang positif untuk dirinya, maka pemerolehan bahasa pada anak tersebut akan sangat cepat dan baik, begitupun perkembangan kosakata dan bahasa pada anak tersebut dari pada yang tidak membaca atau dibacakan bahan bacaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H