Lihat ke Halaman Asli

Kisah Seorang Anak yang Malang

Diperbarui: 17 Desember 2022   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Disuatu desa ada seorang anak yang bernama Boce dia anak yang malang sekali karena ia dari kecil tidak  bisa mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Ia dilahirkan pada tanngal 05 September 2004 di sebuah desa kecil yang berada di kaki pegunungan, desa itu bernama desa Seuseupan. Boce adalah anak ketiga dari tiga bersaudara,semua saudara nya berjenis kelamin laki-laki. Umur Boce sama saudaranya tidak terlalu jauh, perbedaannya antara 5-10 tahun saja.

Sejak lahir Boce tidak pernah melihat wajah sang ayah, apalagi kasih sayangnya. Ketika ia masih dalam kandungan ayahnya pergi bekerja keluar kota, tetapi ketika ibunya mengandung Boce 7 bulan sang ayah pun hilang kabar dan tidak pernah kembali pulang, sehingga membuat boce dilahirkan tanpa sosok sang ayah yang seharusya ada di sampingnya.

Pada usia 6 bulan Boce kecil ini pun harus kehilangan sosok sang ibu, karena ia memiliki seorang ayah yang tidak pernah kunjung pulang dan tidak bertanggung jawab kepadanya, dengan terpaksa sang ibu harus pergi bekerja meninggalkannya ke luar negri demi menafkahi anak-anaknya. Boce kecil pun dirawat oleh teman ibunya yang berada di desa sebelah. Semenjak keberangkatan ibunya ia tidak lagi meminum ASI dan tidak merasakan lagi buaian dari ibunya.

Disaat Boce di rawat oleh temen ibunya, ia tidak merasakan kebahagian masa kecil layaknya anak-anak pada umumnya. Ia tidak mendapatkan kasih sayang yang tulus dari teman ibunya, ia seperti di telantarkan dan sering di biarkan ketika ia nangis, buang air, dan hal lainnya. Padahal ibunya Boce setiap bulan selalu mengirim uang untuk kebutuhan anaknya, tetapi entah kenapa Boce kecil tidak merasakan hal tersebut, entah kemana uang tersebut pergi, apakah uangnya dipake buat keperluannya sendiri atau hal lainya.

Pada usia 9 bulan, bibinya Boce baru pulang bekerja dari luar negri juga, bibinya mengalami nasib yang sama dengan ibunya Boce, yaitu memiliki suami yang tidak bertanggung jawab. Karena sang bibi pengen melihat keponakannya, lalu bibi pun menemui Boce ke tempat ia dirawat. Saat bibinya sampai, rasa kangen kepada keponakannya pun sedikit memudar, dan yang ada malah rasa kesal dan sedih, karena melihat keponakannya dengan keadaan terlantar dan dekil seperti layaknya anak yang tidak rawat. Oleh karena itu, bibinya membawa Boce pulang dan di rawat olehnya.

Ketika Boce di rawat oleh bibinya, barulah ia bisa merasakan kehangantan kasih sayang layaknya anak-anak pada umumnya. Bibinya merawat Boce dengan kasih sayang yang tulus dan tidak membedakannya dengan anaknya sendiri, bisa dikatakan Boce ini sudah dia anggap seperti anaknya sendiri. Tetapi, hal yang seperti ini tidak boce rasakan lama. Pada usianya yang ke-11 bulan teman ibu Boce yang dulu merawat boce datang menemuinya, dengan tujuan ingin mengambil dan merawat Boce lagi. Pada akhirnya, ia pun dirawat lagi oleh teman ibunya.

Pada usia 1 tahun lebih 1 bulan, bibinya datang kembali menemui keponakannya dan membawanya pulang lagi karena Boce tidak di rawat dengan baik oleh teman ibunya. Hal seperti ini terus berlanjut sampai Boce berusia 2 tahun kurang 3 bulan, ia seperti bola yang di oper-oper, antara bibinya dengan teman ibunya. Bibi merawat dengan penuh kasih sayang, sebaliknya teman ibunya merawat hanya karena ingin uang dari ibunya Boce. Pada akhirnya, Boce kecil pun dirawat oleh bibinya.

Menginjak usia 2 tahun ia tidak bisa lagi merasakan kehangatan dari bibinya, Karena sang bibi terpaksa dengan keadaannya yang mengharuskan dia pergi bekerja ke luar negri. Bibi pun dengan berat hati harus meninggalkan Boce dan menitipkannya kepada adik neneknya Boce. Saat ia dirawat oleh adiknya nenek ia mulai liar, walaupun ia masih berusia 2 tahun ia sering main ke hutan hutan kecil bersama temannya yang sama-sama dirawat oleh nenek tersebut, yaitu cucunya.

Pada usia 4 tahun nenek asli Boce pulang dari luar negri, bisa dikatakan keluarga ini keluarga TKW. Lalu, Boce pun di bawa ke tempat neneknya, awalnya ia takut ketika bertemu denngan neneknya, tapi lama kelamaan ia pun mulai merasa nyaman dan akhirnya ia pun tinggal bersama neneknya. Dari sini, Boce baru merasakan kasih sayang yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Dengan dirawat neneknya, Boce yang liar ini pun menjadi anak rumahan, karena nenekya selalu menakut-nakutinya dengan penculik. Selama ia dirawat neneknya, ia selalu bertanya kepada neneknya tentang keberadaan ibu dan ayahnya.

Pada  usianya yang ke-6, ibunya baru pulang dari luar negri, karena rasa kangen yang sangat berat, ia pun memeluk Boce dengan sangat erat, Boce pun menangis sambil berkata minta tolong kepada neneknya, karena ia tidak mengenali ibunya sendiri dan menganggapnya sebagai penculik, setelah mendengar ini ibunya pun menangis sambil meminta maaf tiada henti kepadanya. Lama kelamaan ia pun tahu bahwa itu adalah ibunya, ia pun pertama kalinya dapat merasakan kasih sayang yang sangat hangat dari ibunya.

Tetapi kasih sayang ini tidak bisa ia rasakan dengan waktu yang lama. Setelah 2 bulan ia tinggal bersama ibunya, ketika  ia sedang tidur, ia merasakan kecupan dari ibunya lalu ia pun terbangun dan melihat ibunya pergi dengan membawa tas koper, ia pun berlari mengejar ibunya dan berteriak "mamah" berulang kali sambil menangis, ia pun terjatuh dan tidak bisa mengejar ibunya. Boce pun harus kehilangan ibunnya lagi karena ibunya harus kembali ke luar negri, dan ia kembali tinggal bersama neneknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline