Lihat ke Halaman Asli

Uci Anwar

Penulis

Memburu Kereta Murah. Penumpang Bayi Terdampar di Toilet

Diperbarui: 8 Januari 2020   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Seorang petugas membuka satu-satunya pintu pagar pembatas calon penumpang  dengan area kereta api. Bagai air bah, puluhan orang mendesak,  berhamburan, berlarian kencang memburu gerbong-gerbong kereta api "Walahar" jurusan Purwakarta - Jakarta.

Tak perduli hujan menerpa kepala, tak perduli kaki terperosok di genangan air hujan. Yang penting bisa mendapat kursi di kereta. Karena perjalanan 2 jam 55 menit  dari Stasiun Purwakarta ke  Stasiun Tanjung Priok akan melelahkan jika harus berdiri. Berangkat pukul 14.30 dari Purwakarta, tiba di Tanjung Priok pukul 17.28.

dokpri

 "Bukankah kita sudah punya tiket yang dibeli online, dengan nomer tempat duduk ?," tanya Berthie dengan kaget, pada seorang petugas kereta api di stasiun Tambun, Bekasi, kemarin 31 Desember 2019.  

Pertanyaannya dijawab anggukkan petugas tersebut. "Iya bu, nomer tempat duduk tidak berlaku. Siapa cepat dia dapat (kursi),"

dokpri

Bersama rombongannya dari Jakarta,  Komunitas Pemangku (Pemakai Angkutan Umum),  mereka akan memulai perjalanan ke Purwakarta dengan menggunakan kereta api "Walahar". 

Rencana semula, perjalanan kereta dimulai dari ujung, yakni Stasiun Tanjung Priok. Namun dengan pertimbangan lebih praktis, mereka mencegat kereta di Stasiun Tambun, setelah menempuh perjalanan dari Stasiun KRL Manggarai Jakarta. Dan merasa aman karena semua anggota sudah memiliki tiket tempat duduk, yang diperoleh melalui pembelian online.

Kenyataan tak seindah bayangan. Penjelasan petugas sempat menggetarkan hati beberapa anggota. Maklum, nyaris seluruh anggota Pemangku adalah lansia, dengan umur 60 tahun ke atas. 

Konon, kendati rambut putih dan kerut wajah terlihat jelas, tak ada prioritas di kereta ini. Padahal di beberapa gerbong, tampak jelas sepasang kursi berhadapan tertulis sebagai jatah bagi kaum prioritas, lansia, difabel, ibu hamil dan balita.

dokpri

dokpri

Ya, kondisi pelayanan kereta lokal belum sebaik kereta antar kota. Kendati sudah menembus batas provinsi, namun kereta ini masuk daftar kategori kereta lokal, dalam pencarian tiket online di aplikasi pelayanan kereta api Indonesi, KAI Access. Benar belaka, saat kereta api tiba, tak ada satupun kursi yang kosong. 

Percuma mencari kursi di gerbong nomer 3, gerbong yang mereka pesan sesuai pemesanan online.  Sudah diduduki orang lain.
Beberapa orang berhasil membujuk penumpang yang terlebih dulu naik untuk menggeser tubuhnya, menduduki bangku untuk kapasitas dua orang menjadi tiga orang, dan bangku 3 orang menjadi 4 orang. 

dokpri

Yang tidak kebagian, bertahan berdiri sepanjang perjalanan. Yang tidak kuat berdiri, setelah melihat tak ada larangan dan himbauan untuk tidak duduk di lantai, beringsut- ingsut jongkok, dan duduk di lantai kereta. 

Duduk di lantai, tidak akan mengganggu orang, karena padatnya orang memang tidak memungkinkan pula untuk lalu lalang. Harapan utama, adalah di setiap stasiun berikutnya ada yang turun, dan kursi bisa diambil alih.

dokpri

Karena kenyataan itulah, saat pulang dari Purwakarta, seluruh anggota Pemangku sudah kuat mental. Ikut arus puluhan orang, berlari menembus hujan, demi sebuah kursi. Setelah mendapat kursi pun, posisi duduk belum tentu aman.  Hati nurani akan mengetuk dada, untuk memberikannya pada orang yang lebih membutuhkannya. 

Dua orang perempuan muda berdiri dekat kursi. Satu orang membawa dua anak, dan satu orang  perempuan tengah hamil muda. Maka berdirilah anggota Pemangku, memberikan kursinya. Rombongan memutuskan turun di Stasiun Cikarang, karena akan mencegat Commuter Line atau KRL arah Manggarai, di stasiun awal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline