Tanpa ragu puluhan gadis manis dan pemuda ganteng itu mencelupkan kaki di pantai berlumpur. Memasukan tangan halus mereka ke dalam air, mengorek lumpur, agar tanaman mangrove bisa berdiri kokoh, tertanam tegak.
Wajah puas dan senang terurai, tak perduli peluh dan tubuh mereka kotor. Inilah generasi milenial yang sudah amat perduli masa depan. Mereka belum menikah, apalagi memiliki anak. Tetapi sudah amat sadar, kenyamanan hidup anak cucu mereka kelak terletak di tangan-tangan muda mereka sekarang.
Mereka mahasiswa jurusan Arsitektur Lanskap, Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti, Jakarta. Bersemangat sejak subuh menyiapkan diri dari rumah masing masing, agar bisa ikut kegiatan menanam pohon Mangrove di kawasan ekowisata Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Minggu 10 November 2019 lalu, yang dimulai pukul 08.00.
"Ini kegiatan rutin, terkait "Hijau Jakartaku 2019". Kali ini bertema "Greener for better future," tutur Ir. Ina Krisantia, MSi, PhD, Ketua Prodi Arsitektur Lanskap FALTL Universitas Trisakti. Tak segan, dosen senior ini menggulung celananya juga, masuk ke air berlumpur itu.
"Lingkungan hidup yang aman dan nyaman merupakan tanggung jawab kita semua, terutama penduduk di kota kota besar. Kita wajib terlibat langsung dengan kegiatan melestarikan dan menjaga lingkungan, agar tidak menimbulkan masalah-masalah yang tidak diinginkan, seperti terjadinya abrasi pantai dan perubahan iklim,' kata Ina.
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh gelombang dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi atau biasa disebut erosi pantai, mampu merusak garis pantai, berakibat fatal membuat daratan tergenang air.
Abrasi terpacu karena keseimbangan alam daerah pantai tersebut terganggu. Kendati abrasi memang terjadi secara alami, namun manusia juga sering menjadi penyebab utama kerusakan garis pantai. Solusi dalam pencegahan dan penyelamatan bisa dilakukan dengan penanaman hutan Mangrove. Tanaman ini hebat, mampu mencegah pengikisan pantai.
Penanaman sebanyak 65 bibit pohon Mangrove ini mungkin hanya setitik debu dibanding kegiatan besar lainnya. Namun jika sosialisasi semacam ini dilakukan secara rutin, tentu berdampak besar. "Memang masih perlu sosialisasi secara rutin. Karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui , dan belum sadar betapa pentingnya untuk terus melestarikan menjaga lingkungan agar tidak menimbulkan masalah masalah yang tidak diinginkan," kata Ina.
Acara tersebut terlaksana berkat kerjasama berbagai pihak, antara lain dengan Komunitas Peduli Hutan Jabodetabek. Kegiatan penanaman Mangrove jenis Rhizopora ini tidak berhenti sampai di sini. Setiap tiga bulan, pertumbuhan mangrove akan dipantau dan dilaporkan melalui web Komunitas Peduli Hutan Jabodetabek.
Selain melibatkan 50 mahasiswa jurusan Arsitektur Lanskap FALTL Universitas Trisakti, ikut berpartisipasi 2 mahasiswa dari jurusan Desain Komunikasi Visual Usakti, serta 10 mahasiswa ISTN ( Institut Sains dan Teknologi Nasional ) Jakarta. (Uci Anwar)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H