Lihat ke Halaman Asli

Susi Alipah

Guru SDN BUlakwaru 01

Petir

Diperbarui: 28 Desember 2022   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dodo adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar. Ia tergolong anak yang pandai dan berbakti. Siswa berprestasi di kelasnya. Setiap harinya Dodo membawa jajanan kecil dan cilok buatan ibu untuk dijual saat jam istirahat. Tas rajut plastik dan sepeda usang jadi teman setia Dodo.

Siang itu Dodo terlihat terburu-buru saat pulang sekolah. Suara lonceng berdering nyaring  bertanda kegiatan belajar hari itu telah selesai.  Tanpa menghiraukan teman-temannya Dodo langsung tancap sepeda yang sadelnya dipenuhi dengan plastik sebagai pelindung dari sadel usang yang tak layak dipasang.

"Haiii.... Do, kenapa kamu terburu-buru?, Dodo tunggu aku! Seruan Adit teman sebangku Dodo yang biasanya mereka terlihat selalu bersama. Adit berusaha menambah kecepatan ayuhan sepedanya agar dapat menyelip Dodo, namun usaha Adit gagal mengejar Dodo.

"Haduuuh, Do.. Do.. kamu makannya apa sii?, tenagamu sungguh kuat sekali'. Gumam dalam hati Adit saat melihat sahabatnya mengayuh sepedanya bagai sambaran kilat.

"Maaf  Dit, aku tak bisa menunggumu, maaf  Dit aku tak menghiraukan seruanmu, aku harus segera mungkin tiba di rumah". Seru Dodo dalam hatinya. Sesekali ia menoreh ke belakang, rupanya Adit sudah tak nampak mengejarnya. Lima belas menit sudah Dodo lewati, Dodo pun belum sampai rumah. Perjalanan dari rumah Dodo sampai tempat ia belajar kurang lebih 30 menit, untuk sampai ke rumahnya ia menyusuri  hutan.  Di tengah hutan tiba- tiba ban belakang sepeda Dodo pecah " Dooor... "! Terdengar keras sekali letusan ban sepeda Dodo.

"Dubrag...!pyar!....." Dodo terjatuh karena tak mampu mengendalikan laju ayuhannya. Sisa barang dagangan Dodo berantakan bercampur tanah jalan setapak. Jalanan sangat sepi, tak satupun orang lewat di jalan setapak itu. "Haduuh.. sakiiiit"  teriak jeritan tangis Dodo sembari memegang lengannya yang tertindih stang sepeda. Namun tak satupun orang di sana. Dipungutilah sisa-sisa dagangan Dodo sambil menahan kesakitan.  Keheningan hutan membuat Dodo ketakutan. Langit makin tak mampu menahan onggokan awan pekat hitam

Gumpalan awan itu makin padat, matahari nampak ta terlihat sedikitpun, bertanda  akan turun hujan lebat. Awan hitam itu nampaknya mengikuti lagkah Dodo sejak di Sekolah. Saat Dodo mengambil sepeda di parkiran sekolah langit sudah mulai gelap. Dalam hati kecil Dodo berkata "Ya Alloh, bagaimana ibu di rumah kalau hujan turun sangat lebat".

"Aku harus mencari tempat yang aman untuk berteduh"

"Langit makin sangat pekat, hujan pasti akan turun sangat lebat".

Dodo menuntun sepedanya dan mencari tempat untuk berteduh, rintikan hujan mulai berjatuhan. Hujanpun turun sangat lebat. Derasnya menyapu ratusan daun di hutan itu.

Suara petir, " jedor!.. jedor! Silih berganti. Kilatan cahaya bagai lampu jalanan yang menerangi gegelapan. Dodo makin ketakutan. Tubuh kurus kering makin menggigil tertumpah butiran hujan lebat. Meski berteduh di bawah pohon, dedaunan pohon tak mampu menampung derasnya benda langit itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline