Lihat ke Halaman Asli

Tapak Sriwedari

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melewati putihnya jalan Gading dan hiruk pikuknya

Selendang itu menyentuh hitam legamnya aspal

Motif Kawung yang mencerminkan ketenteraman, kau kenakan membalut tubuh

Memang tak semua menutup, tapi itulah yang kau mau

Langkahmu terhenti di tanah lapang dengan pohon kembar

Beringin sakral dengan pagar putih, sangat bersih

Kau mengibaskan serpihan tanah yang menempel malu-malu

Perlahan kakimu menaiki gedung dengan altar putih nan luas

Siti Hinggil... Disitulah kau akan menari

Bercerita tentang laramu, tentang sukamu, tentang hidupmu

Tapak demi tapak kau tinggalkan disana

Sungguh keheningan tak terusik karenanya

Sriwedari tak akan berhenti menapakkan kakinya

Menari adalah nafas dalam hidupnya

Dia dapat bercerita melalui selendang, gemulai tubuhnya, cantik wajahnya

Namun, dia tetap perempuan yang berhati rapuh

Di tengah kemahirannya, dia menyimpan lara karena cinta

Tersakiti dan pasrah kepada takdir

Itulah nasib Sriwedari penari cantik itu

Dan kini, dia meninggalkan selendangnya untuk menjumpai Tuhannya

(140831)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline