Lihat ke Halaman Asli

Uchan dug

Mahasiswa Pascasarjana UIN Banten

Sekolah atau Kerja?

Diperbarui: 4 Maret 2019   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

artes.phil-fak.uni-koeln.de28451.jpg

Sekolah atau kerja? Pernyataan seperti itu selalu terdengar ketika kita mulai bertemu dengan orang baru, yang awal percakapan selelu membicrakan latar belakang lawan bicaranya, hal ini menujukan bahwa pandangan masyrakat terhadap status quo. Menjadi sesuatu yang sangat penting dalam topik pembahasan untuk mengobrol sekalipun. Karena antusias ia mengobrol dan membicarakan topik pembicaraan akan begitu menarik, jika yang ia ajak berdialog, mempunyai setatus qua yang lebih tinggi.

Mungkin pada umumnya dalam pandangan masyarakat kelas-kelas menjadi lebih sangat berarti. Mengapa hal ini terjadi, tentu ada spek yang mempengaruhinya karena dalam hukum alam selalu terjadi sebab akibat. Jika dilihat dari unsur terbentuknya indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan budaya yang berbeda, dan bisa bersatu dalam  kestuan NKRI(NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA). yang berlandaskan nilai-nilai gotong royong yang melekat dalam setiap individu masyarakat indonesia yang bertajuk kepada binheka tunggal ika,hal yang menjadikan  kekuatan super yang dimiliki masyrakat indonesia.

Dampak perubahan soisial yang kebarat-baratan bukan menjadikan masyrakat menjadi lebih aktif dalam merespond nilai produktifitas, namun malah tercipta kelas-kelas, karena dalam ruang kompetitif yang ketat, hal ini menjadikan perlobaan atas individu masyarakat indonesia, dan selalu ingin lebih hebat dengan individu lainya, walaupun dalam bidang atau pun kepentingan umum, tentu disinlah menjadi penyebab hilangnya nilai gotong royong dalam setiap diri masyarakat, nilai gotong royong tentu tidakakan bisa dikatakan mulai terdestruksi di sekitar kita jika tujuan nya adalah besar bersama dan saling membesarkan.

Tentu sekarang, para guru dikelas memberikan informasi kepada muridnya bukan menjadi salah satu tindakan yang sering disebut pahlawan tanpa jasa, melainkan era sekarang sangat berbelok para guru selalu disibukan dengan administrasi, untuk bagaimana bisa dengan mudah mendapat gaji, kenapa hal ini terjadi, karena ruang administrasi yang ketat menjadikan guru-guru beralih fokus yang tadinya bertujuan untuk mecerdaskan anak bangsa malah hanya sebatas menggugurkan kewajiban untuk bagaimna bisa mendapatkan gaji. 

Tentu analogi di atas sudah menggambarkan bahwa nilai gotong royong masyarakat, sudah mulai terdestruksi dan mungkin saja akan segera hilang dan lebih mementingkan pribadi masing-masing, tentu hal ini yang terus kita hadapi adalah sistem kapitalis yang mencoba mempermainkan kita semua, dan pelajaran yang kita terima pula dalam ruang kelas atau dari lingkungan kita selalu mendorong kita kearah sanah, konsepan konvensioanal dalam ekonomi selalu dibanggakan oleh para ekonom muda, padahal itu semua lahir dari pemikiran orang-orang barat yang berpemahaman kapitalis.

Tentu kita sebagai orang indonesia harus bisa melepaskan belenggu konvensional kapitalis , kalau dalam konsepan islam kita daiajrakan untuk bagaiman bisa terus bisa memberikan hal terbaik, kita selalu diajarakan bertoleransis, dan salang menghargai sesama umat manusia, mungkin bukan hanya konsepan islam bahkan agama-agama lainpun seperti itu,untuk bisa membangkitkan kembali kesadaran seperti itu, harus dimulai dirumah-rumah dan orang tua harus berperan aktif untuk memberikat budi pekerti kepada anak-anaknya.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline