Lihat ke Halaman Asli

Mengenang Tragedi 12 Mei 1998

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gerakan yang berawal dari rakyat yang didukung oleh mahasiswa dan aktivis untuk menumbangkan rezim ORDE BARU harus dibayar mahal dengan gugurnya (katanya)  para "Pahlawan Reformasi", rakyat tak berdosa dan saudara-saudara kita keturunan tionghoa, belum lagi kerugian materil yang tidak bisa dihitung lagi nilainya.

Dampaknya bukan hanya kerusuhan besar-besaran yang menyebabkan terbakarnya rumah, pertokoan, pusat perbelanjaan dan lain-lain, tapi korban kejiwaan akibat pemerkosaan massal yang sampai detik ini sulit dilupakan.

Catatan kelam bangsa Indonesia akibat gerakan REFORMASI yang membuat bangsa ini semakin terpuruk di segala bidang.

Bukan bermaksud pro ORDE BARU ataupun anti REFORMASI, coba kita ingat kembali, pada jaman Orde Baru seolah kemana kita melangkah, kemana arah pembicaraan orang di warung kopi, dan untuk apa anda membentuk perkumpulan, selalu diawasi oleh "Mata Intel", sehingga kalau anda dianggap membahayakan "Tahta Penguasa" besok paginya dijamin mayat anda ditemukan didalam karung goni, mulut harus terkunci rapat untuk tidak membicarakan hal-hal yang menyinggung kekurangan dan kejelekan pemerintah pada masa itu. tapi walau semua gerak-gerik kita serba terbatas, dbidangi perekonomian keluarga tidak sesulit sekarang, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar relatif stabil, harga kebutuhan pokok terjangkau, harga BBM stabil, pasangan suami istri jarang bertengkar gara-gara uang belanja tidak cukup untuk belanja harian, pokoknya pada masa-masa itu kehidupan lebih tentram.

Sekarang, pasca lengsernya rezim ORDE BARU, yang katanya zaman REFORMASI, apa yang anda rasakan?, semua berubah drastis, sebagian orang mungkin merasa hidup di negara baru dengan kebijakan baru, aturan baru, undang-undang baru, bahkan budaya baru.

Orang sudah mulai bebas bicara, dengan label baru tentunya "ini jaman reformasi, bung!", tidak suka dengan suatu hal, langsung protes, "ini jaman reformasi bung!", tidak puas dengan kinerja pemerintah, langsung demo, "ini jaman reformasi bung!", diberikan kebebasan bicara termasuk kebebasan pers sebebas-bebasnya, hingga kadang yang tidak pantas disampaikan dan diberitakan malah di blow up, beritanya tersebar dari kutub selatan sampai ke kutub utara.

Saking bebasnya, semua orang yang merasa mampu dan menganggap dirinya cakap, berlomba-lomba bikin partai politik, karena kita sama-sama tahu bahwa partai politik merupakan "kendaraan" yang akan membawa mereka ke tujuan, yaitu gedung dewan, tapi kendaraan mereka tidak akan bisa sampai ketujuan kalau tidak didukung basis massa, maka diadakanlah yang namanya kampanye yang tujuannya untuk mencari dukungan, demi untuk menarik simpatik, berbagai cara pun dilakukan, salah satunya dengan "membeli pendukung" makan munculah istilah "money politic".

Untuk jadi seorang anggota dewan itu modal yang dikeluarkan cukup banyak, sehingga bila kelak terpilih yang pertama kali harus mereka perjuangkan itu bukan suara rakyat yang notabene telah memilih mereka untuk duduk digedung dewan, tapi bagaimana caranya "kembali modal dulu", karena dana yang mereka pakai untuk kampanye separuhnya adalah dana pinjaman dari pengusaha yang dijanjikan perbagai kemudahan apabila dia terpilih jadi anggota dewan nanti.

Akhirnya timbulah "GAYUS".... dan, koruptor merajalela!.

Jadi, inikah hasil perjuangan para REFORMIS yang telah menelan begitu banyak korban dan kerugian?, tidakah terpikirkan, bagaimana nasib dan perasaan keluarga korban Tragedi 12 Mei?, tentu sangat menyakitkan hati, belum lagi trauma berkepanjangan karena aksi brutal "Pejuang Cabul" yang telah merampas kehormatan diri, anak, kakak, bahkan orang tua mereka.

Mana tokoh Reformasi yang dulu begitu gagah berani, sampai rela dikurung dibalik jeruji besi penjara demi memperjuangkan Reformasi, sekarang tidak terdengar lagi, atau jangan-jangan mereka sudah ikut terlena juga dengan jabatan dan fasilitas mewah yang diberikan, dengan catatan "TUTUP MULUTMU!, kalau tidak kau akan ku racun juga seperti almarhum Munir!".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline