Agronomi adalah ilmu yang mempelajari budidaya tanaman. Biasanya di Fakultas Pertanian perguruan tinggi baik negeri maupun swasta memiliki program studi (prodi) Agronomi. Saat ini beberapa kampus yang memiliki prodi agronomi merubah nama prodi tersebut menjadi agronomi dan teknologi (Agrotek). Slogan yang sering saya dengar semasa menjadi mahasiswa prodi agronomi adalah agronomi memberi makan pada dunia.
Disadari atau tidak, para agronom memang dituntut untuk meningkatkan produksi tanaman sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia. Tahun 1984 Indonesia pernah mengalami swasembada beras atau istilahnya surplus beras. Salah satu pihak yang berperan dalam swasembada beras tersebut adalah para agronom. Kala itu ratusan bahkan mungkin ribuan mahasiswa pertanian diturunkan ke lapangan untuk mengawal program Bimbingan Massal (Bimas) pertanian yang dicetuskan oleh Presiden Soeharto.
Di negara-negara yang sektor pertaniannya sangat maju, semisal Amerika, Jepang, dan China, mereka memiliki banyak sekali tenaga yang ahli di bidang agronomi. Dukungan teknologi dan sarana produksi pertanian yang lengkap makin menambah jumlah produksi pertanian mereka.
Di negara kita Indonesia tercinta kadang pupuk untuk pertanian saja langka, lha bagaimana mau meningkatkan produksi pertanian jika tidak didukung oleh sarana pertanian yang memadai. Belum lagi masalah klasik, harga produk pertanian anjlog saat panen raya, padahal harga pupuk dan pestisida sudah selangit. Kok jadi berkeluh kesah soal pertanian sih? Ya anggap saja ini bagian dari menyuarakan permasalahan yang dihadapi petani di lapangan.
Saya ingin mengajak pembaca untuk lebih menghargai jerih payah petani. Cara yang paling mudah yang bisa dilakukan adalah dengan tidak membuang atau menyisakan makanan di piring makan. Satu butir nasi yang ada di piring makan itu merupakan hasil kerja keras petani kita, itu baru nasi, belum lagi sayur-mayur, buah-buahan, telur, daging, dll.
Umur tanaman padi varietas unggul baru saat ini berkisar antara 110-150 hari. Artinya sejak padi ditanam sampai dipanen memerlukan waktu sekitar 3 bulan lebih, bahkan saya pernah mengamati padi lokal Siam di Kalimantan Selatan itu umurnya mencapai 10 bulan. Hari-hari belakangan ini saya membaca dan mendengar bahwa harga beras naik di tingkat konsumen, salah satu penyebabnya adalah naiknya biaya produksi berupa pupuk dan bahan bakar minyak (BBM). Membajak sawah perlu solar, menggiling padi perlu solar, mengangkut gabah dari sawah ke rumah perlu bensin. Menurut saya, wajar saja jika harga produk pertanian makin hari makin merangkak naik karena memang ada kenaikan harga sarana produksi pertanian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H