THR 2016 gagal saya lestarikan. Sudah hilang entah untuk apa saja. Setiap tahun rasanya menang uang kaget kemudian hilang tanpa berbekas. Ada sih beberapa yang terlihat; saya beli laptop bekas, hard disk, flash disk, dan memory sdxc. Itu tidak seberapa dari THR saya. Perhitungan kasarnya sebagai berikut:
1. Kebutuhan gadget saya di atas: 17%
2.Kebutuhan daftar ulang sekolah anak: 21%
3.Permintaan istri: 50%
4.Entah ke mana:12%
Permintaan istri dan "entah ke mana" adalah 2 yang tidak bisa saya pertanggungjawabkan. Secara keseluruhan kecewa dengan kinerja saya dalam mengelola uang THR yang sudah setahun sebelumnya komitmen 100% tidak diapa-apakan. Saya sekarang ibaratkan uang dengan waktu. Sehingga 62% waktu telah terbuang untuk entah apa. Tidak hanya itu, tapi waktu/uang yang terbuang di masa lalu saya pun sudah cukup banyak.
Saya menggunakan sekitar 5 tahun di masa muda saya untuk berangan-angan dan mengejar cita-cita. Pada saat itu, sepertinya itu adalah hal yang terbaik yang pernah saya lakukan, karena cita-cita saya tercapai.
Menyesal? Tidak. Jika diulangi? Saya akan melakukan hal yang lain. Yaitu mengejar waktu.
Mengejar cita-cita tentu tetap harus didukung, tapi cita-cita bisa ditunda. Hanya sedikit cita-cita yang sifatnya benar-benar harus dikejar saat muda, sebagian besar bisa ditunda untuk fokus pada mengejar waktu. Bagaimana caranya? Dengan mengejar harta. Bagaimana caranya? Mencari uang sebanyak-banyaknya, menabung dan menginvestasikan sebanyak-banyaknya, kemudian menggunakan secukupnya. Pada akhirnya, uang/waktu yang digunakan bukan untuk berfoya-foya, tetapi lebih terfokus pada hal yang lebih penting pada diri sendiri atau orang lain.
Saya baru menyadari betapa berharganya waktu itu setelah saya memiliki anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H