Lihat ke Halaman Asli

Uang Bonus Tiba, Apa Yang Harus Dilakukan?

Diperbarui: 19 Desember 2015   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi yang beruntung bekerja di tempat yang memberi bonus insentif akhir tahun mungkin menanyakan hal yang sama, yaitu apa yang seharusnya dilakukan dengan uang bonus?!

Ada rekan kerja yang bertanya kepada saya, sebaiknya bagaimana? Saya tanyakan kembali apa yang sudah diniatkan. Jawaban beliau adalah membayar utang kartu kredit sebesar Rp16 juta yang sebelumnya sudah dicicil dua bulan di atas (sedikiiit) minimum payment dan merupakan pembelian perabotan rumah yang kebutuhan tersebut diakibatkan oleh pembelian rumah.

Saya menyampaikan bahwa melunasi utang tersebut adalah keputusan yang salah.

Sebelumnya, saya sudah cukup mengenal rekan saya, namun tetap kemudian saya tanyakan dengan pertanyaan simpel tapi krusial untuk mengetahui lebih dalam.

Saat membeli, apakah terpikir bagaimana utang tersebut akan dibayarkan? Jawabannya tidak.

Saya memperkirakan, dengan utang kartu kredit yang dilunasi akan mengakibatkan timbulnya rasa gatal untuk belanja dikemudian hari yang disebabkan oleh timbulnya keinginan atau kebutuhan dan kartu kredit siap pakai (tidak ada utang). 

Masing-masing orang menggunakan kartu kreditnya dengan cara yang berbeda-beda.

  • Menggunakannya untuk kemudahan dalam bertransaksi dan semua transaksi sudah dianggarkan;
  • menggunakannya saat situasi bersifat mendadak dan darurat namun belum atau sudah menganggarkannya dengan menyisihkan uangnya setiap bulan; dan
  • menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan yang sebetulnya dapat dipenuhi dengan menabung, namun memutuskan untuk membelinya sekarang.

Yang terakhir harus dipahami akibatnya, karena mengurangi kekayaan kita dikemudian hari. Sebaiknya dalam menggunakan kredit sudah diputuskan terlebih dahulu pembayarannya berdasarkan cicilan perbulan dan disiplin hingga lunas. Karena tidak dibuatnya keputusan tersebut, saya merasa hal itu harus menjadi hukuman sekaligus pelajaran agar mengurangi kemungkinan terjadinya pembentukan pola belanja. Terlebih lagi terjerumus dalam pola menghabiskan uang bonus sebelum mendapatkannya.

Nah, kembali ke topik, jadi sebaiknya bagaimana kita menyikapi uang bonus? Gampang. Intinya tidak jauh berbeda dengan artikel saya sebelumnya dengan aplikasi praktisnya;

1. Potong dulu buat amal dan jumlah MINIMUM sesuai kepercayaannya masing-masing (10% atau 2,5%)

2. Potong untuk senang-senang dalam bentuk penambahan pengalaman. Entah itu daftar kelas bahasa, jalan-jalan, atau gym membership. Yang pasti, jangan buat barang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline