Lihat ke Halaman Asli

Merdeka dari Utang

Diperbarui: 16 Agustus 2015   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Utang"][/caption]

Ada dua istiliah yang saya sering dengar dan baca namun belum sepenuhnya memahami, yaitu financial freedom dan financial independence. Kedua istilah tersebut jika diGoogle translate artinya adalah kebebasan finansial dan kemandirian finansial. Sudah dibahasakan namun tetap terasa asing. Firasat saya, kedua istilah itu memiliki arti yang sama karena kata freedom dan independence memiliki kesamaan dari unsur kemerdekaan. Saya mengartikannya simpel aja, sesuai dengan yang sedang saya alami. Merdeka dari utang. Utang bukanlah suatu hal yang buruk, karena ada utang produktif dan utang konsumtif. Walaupun demikian, sifat utang tidak berubah, yaitu merupakan sesuatu yang rumit. Seringkali kita meremehkannya karena terlalu pede. Pede yang berlebihan itulah yang menimpa saya.

Beberapa bulan lalu saya membuat keputusan salah untuk memulai usaha dari utang. Usaha belum jalan, utang terus dicicil. Di suasana merayakan kemerdakaan, saya belum bisa merayakan kemerdekaan saya dari utang yang masih tersisa 5x cicilan. Lima bulan terasa lama karena sebelum lunas, uang yang saya bisa gunakan untuk hal lain, hanya bisa digunakan untuk membayar utang.

Satu hal yang tidak masuk pertimbangan saya sebelum berkomitmen untuk berutang adalah peluang lain yang bisa saya lakukan selain memulai usaha.

1. Meningkatkan jumlah uang yang ditabungkan perbulan

Saat ini saya belum optimal dalam menyisihkan uang dari penghasilan perbulan untuk ditabungkan. Kira-kira 7% dari penghasilan perbulan saya sisihkan untuk ditabungkan. Jika utang saya dillunasi dan ditabungkan, rasio menabung saya mencapai 10% +/-.

2. Meningkatkan jumlah investasi berkala di reksadana

Tujuan investasi reksadana saya adalah untuk memenuhi kebutuhan di masa depan seperti untuk membeli rumah dan pendidikan anak. Saat ini saya komitmen berinvestasi Rp500.000 perbulan di reksadana. Kondisi pasar modal sudah beberapa bulan memiliki tren menurun dan untuk mencapai target investasi, saya harus mengejarnya dengan melakukan top-up.

3. Berinvestasi langsung di pasar modal

Opsi terakhir merupakan pilihan yang cukup berisiko karena saya memiliki pengalaman yang cukup buruk dalam berinvestasi di pasar modal. Berinvestasi langsung di saham membutuhkan pengalaman dan pengetahuan yang cukup. Kedua hal tersebut belum belum saya miliki, namun jika saya tidak berinvestasi langsung, saya pun tidak akan meningkatkan pengalaman dan pengetahuan saya.

Pilihan yang terbaik menurut saya adalah nomor dua, tapi saya sangat tergiur untuk kembali berinvestasi di saham. Untuk sementara, saya mengutamakan berfokus dalam melunasi utang saya hingga mencapai kemerdekaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline