[caption caption="Uang setengah rupiah"][/caption]
Sudah dua tahun saya bekerja di tempat yang baru dengan gaji yang bagus. Cukup keras dan melelahkan namun dua kali THR yang kulalui hilang tak berbekas. Kemana semua, saya hanya ada sedikit gambaran. THR tahun pertama, dua kali gaji, setengah saya kasih untuk dibagikan ke anak-anak kecil yang meminta sebagai bonus menjalani puasa, bonus kepada pekerja yang bekerja untuk saya, saudara-saudara yang membutuhkan dan juga tidak membutuhkan. Setengahnya lagi untuk Istri saya. Ikhlas.
Tahun kedua, pembagiannya sedikit berbeda, karena kuenya lebih sedikit. Satu kali gaji, 20 persen ke Istri saya, 80 persen ke lainnya. Sedikit berkurang ikhlasnya.
Dari kedua tahun tersebut, hasilnya sama. Entah kemana dan tak terasa.
Saya merasa suatu perubahan dalam diri saya. Seperti gigi yang sedang mencari jalan keluar dan akan mengorbankan gigi yang di atasnya, akhirnya keluarlah gigi taringku. Saya bilang ke istri, tahun-tahun berikutnya, THR TIDAK AKAN DIBAGIKAN LAGI. Pengecualian untuk ibadah yang wajib, selain itu uang itu tidak akan keluar. Maaf, uang ini tidak akan berputar kepada individu-individu yang siap menerimanya.
Seperti film Disney terbaru yang memperlihatkan sisi lain mengapa ibu tiri Cinderella atau Maleficent menjadi jahat, inilah alasan saya menjadi kikir.
1) Harta belum cukup untuk mendukung anak-anak saya kelak
Jika saya tidak ada, saya tidak bisa bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan anak-anak saya (yang saat ini jumlahnya sudah tiga). Itu adalah tanggung jawab saya dan harus dipersiapkan sebaik mungkin.
Jikapun saya terus ada hingga semuanya mencapai umur lulus kuliah, hartanya pun belum cukup untuk mendukung harapan saya kepada anak-anak saya.
Mereka prioritas saya dan uang saya akan diprioritaskan sesuai dengan prioritas saya.
2) Uang merupakan alat tukar