Terperangah. Itu mungkin yang sedang kurasakan. Saat aku tahu bahwa dalam kebisuanmu selama ini engkau telah menyimpan luka. Tak sedikitpun aku menyadarinya jika selama itu engkau merakit dukamu perlahan hingga membentuk kawah seperti kawah merapi. Aku tak pernah sadar jika selama ini kawah itu akan meluapkan lahar panas yang akan menghanguskan apa saja yang dilewatinya. Aku tak pernah tahu jika suatu saat aku akan menjadi tumbal agar kawah itu tak lagi aktif. Astagfirullah. Sebesar itukah kebencian yang telah engkau simpan lama dalam bathinmu. Serapi itukan engkau membungkusnya sehingga mata telanjangku tak kuasa memahaminya. Sejahat itukah aku yang tanpa sadar telah menanamkan benih-benih kebencian di dalam lubuk hatimu.
Berulang kali gadis itu mengucapkan kalimatnya. Sedikit membuat bulu kudukku berdiri. Kulihat di kelopak matanya perlahan meneteskan bulir-bulir air matanya. Ingin rasanya aku menghampirinya tuk sekedar membujuknya agar air matanya tidak tumpah. Tapi terlambat. Tangisannya kemudian tumpah begitu saja, seperti tak hirau jika aku ada di dalam ruang yang sama dengannya Beberapa saat kemudian, kulihat gadis itu menyeka air matanya. Diusapkannya selembar tissue untuk mengeringkan air matanya yang terlanjur tumpah. Sasaat kemudian dia berdiri kemudian memperhatikan sekelilingnya beberapa saat. Saat itu kulihat kilatan maja jernihnya, membuat hatiku berdesir. Tiba-tiba dia menoleh ke arahku kemudian tersenyum. Wow...!!! manis sekali senyum itu. Gumamku dalam hati. Aku lalu pura-pura menunddukan kepala seraya merapikan mejaku yang sedikit berantakan karena tumpahan kopi dan debu puntung rokokku. Belum lagi aku mengangkat kepalaku, tiba-tiba terdengar suara yang begitu lembut. "Om. dengan siapa?. aku tersentak lalu kulihat gadis itu sudah duduk di kursi disebelahku. Aku lalu berdiri menyalaminya. "Sendiri nanda" jawabku singkat. Beberapa saat kemudian, aku sudah terlibat pembicaraan dengannya. Sangat Asyik dan menyenangkan obrolan saat itu. Aku menanyakan perihal dirinya, namanya, tempat tinggalnya dan bahkan sempat bertukar alamat e-mail dan nomer Hp. Tanpa gadis itu sadari, yang belakangan kuketahui bernama Anisah, saat ngobrol aku selalu memperhatikan gerak geriknya . "Sangat menarik" menurutku. Saat berbicara, senyumnya tak pernah lepas dari bibir mungilnya. Sesekali tangannya ditepukkannya ke pahaku saat aku menceritakan hal-hal yang mungkin lucu buatnya. Tanpa sadar telah dua jam kami berdua mengobrol kesana kemari. Beberapa saat kemudian gadis itu berdiri kemudian menyalamiku sambil sungkem (mencium tangan) dan berucap, "Om.. lain kali ketemu lagi yah..! aku pamit dulu. Gadis itupun beranjak pergi meninggalkanku. Aku hanya memperhatikan langkahnya yang gemulai meninggalkanku sendiri. Selang beberapa saat gadis itu kembali menghampiriku. Aku lalu berdiri menyambutnya dengan senyum. "Om... pasti dak kenal saya?!!. "Emang kamu kenal aku yah...? tanyaku penuh selidik. "iyya.. kan saya ponakannya Om....!. jawabnya santai sambil berlalu menghapiri ayahnya yang ternyata telah menunggunya di pintu. Kulihat ayahnya melambaikan tangan ke arahku sambil tersenyum. Terima kasih sayang.... ucapku dalam hati. Besok akan kutanyakan perihal tangisanmu. by Uak Sena on Wednesday, June 22, 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H