Lihat ke Halaman Asli

Arti Sebuah Uang

Diperbarui: 3 Oktober 2018   01:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

indonesia adalah negri yang begitu membingunkan. kenapa bisa begitu ? kita tau sendiri bahwa negara kita adalah negara yang kaya raya, tapi mengapa orang banyak yang miskin. lalu negara dengan berbagai potensial bisa berkembang, mana ada itu terlaksana jikalau tiada dukungan dari pemerintah. lalu negara kita adalah negara hukum, mana bisa dikatan begitu satu tahun lalu seorang nenek nenek di duga mengambil 2 batang kayu perhutani di hukum 1 tahu  penjara, lalu mereka para koruptor terbukti menyalah gunakan uang rakya berpuluh puluh juta di hukum 1 bulan.

ini begitu ironis sekali bagi kenyataan dari apa yang kita ketahui. terutama koruptor yang mengkorupsi uang seakan akan menjadi raja di negara ini. kenapa saya bilang begitu ? karena memang kenyataannya begitu, hukuman mereka beli dengan uang rakyat. memang ada yang di hukum tapi apakah mereka merasakan suatu kejerahan dengan itu ? jawabannya tidak. kenapa ? gimana mau merasakan kejerahan wong sel sel mereka lebih nyaman dari pada sel seorang nenek yang di penjara karna suatu yang adalah dugaan mencuri 2 potong kayu perhutani, sedang mereka terbukti mencuri uang berpuluh sampai beratus ratus juta atau sampai bermilyar milyar uang rakyat.

saya kira negara ini mempunyai hukum yang hanya bisa menindas orang orang lemah artinya tumpul ke atas. oleh karena itu korupsi menjadi suatu penyakit yang susah di obati. karena obatnya tidak lagi berpengaruh pada koruptor seperti rasa malu mereka para koruptor ketika di tangkap kpk mereka cengngisan seperti tiada rasa malu pada mereka. dan hukum yang tidak bisa dikatan hukum karena suat yang sangat begitu rapuhnya, sehingga mereka hanya bisa berdiam tampa kata karena sumpalan para tikus tikus itu.

sekian dari sata.

BY:ainuntogel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline