Lihat ke Halaman Asli

"Ilmu Ngaca" untuk Koruptor

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1384476087517512571

[caption id="attachment_278112" align="aligncenter" width="454" caption="Photo: Flickr"][/caption]

“Ilmu ngaca” adalah istilah yang di asumsikan sebagai ilmu untuk ber-introspeksi dan meng-evaluasi diri sendiri, seperti apakah kita? Apa kelebihan dan kekurangan kita? Sebelum mengajari atau menasehati orang lain. Sama hal nya ketika kita berkaca pada cermin, kita dapat melihat bayangan utuh raga kita secara jelas, solid dan sama antara bayangan pada cermin dan dengan wujud raga aslinya.

Terkait dengan pernyataan Mukhtar Pakpahan yang di publish untuk publik mengenai seruan untuk dilakukannya revolusi (baca seruan) bagi para koruptor yang merupakan terdakwa penjahat yang paling bertanggung jawab atas kerusakan dan penderitaan anak bangsa sejak sekian lama dan semakin parah saat ini. Mukhtar Pakpahan terutama menyoroti bahwa betapa parahnya tingkat korupsi di kalangan pemerintahan di hampir sebagian besar level yang ada, mulai level bawah, menengan sampai tingkat pejabat penting pemerintahan.

Revolusi koruptor ini di yakininya sebagai solusi terbaik dan mutlak dilakukan saat ini untuk membersihkan pemerintahan dan menciptakan pemerintahan yangbersih dan jauh lebih baik sehingga kedepan akan langsung membawa perubahan pada kehidupan anak bangsa. Isu yang paling di sorotinya adalah terkait selalu membengkak nya biaya setiap kali pemilu dilakukan sehingga seruannya juga mengarah kepada pemboikotan pemilu 2014 yang akan datang. Terkait sector buruh, UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 juga dinilainya sangat merugikan kaum buruh dan semuanya ini berujung pada terjadinya praktek korupsi, sehingga seruannya cenderung memprovokasi para buruh untuk aktif melakukan aksi demonstrasi.

Kembali kepada “ilmu ngaca” tadi, pastinya publik yang mendengar atau membaca seruan revolusi bagi koruptor yang cenderung menyerang pemerintah ini, selain di satu sisi meng-amini dalam bentuk pro-kontra dalam pemikirannya mengenai, benarkan revolusi ini merupakan solusi terbaik untuk dilakukan saat ini?. Pastinya di sisi lain publik pun akan berpikir, siapa sih Muhktar pakpahan? Kenapa seorang seperti dia harus menyerukan revolusi dan menyerang pemerintah yang memang bukan rahasia umum penuh dengan koruptor?

[caption id="attachment_278113" align="aligncenter" width="369" caption="Photo: Flickr.com"]

13844762241230893526

[/caption] Dan ketika publikada yang mengetahui figur seorang Mukhtar Pakpahan, terutama mengenai track record nya dimasa lalu (baca Mukthar Pakpahan TSK Korupsi Hak Buruh), tidak menutup kemungkinan akan muncul keheranan yang kemudian keraguan atau bahkan lebih parahnya mungkin juga akan menyepelekan dan kemudian mencibir, kenapa seorang koruptor mau me-revolusi koruptor lainnya yang notabene nya merupakan golongannya sendiri?. Publik yang lain mungkin juga akan mengagumi dan meng-amini seruan revolusi ini dan kemudian berpikir, bahwa bangsa ini masih beruntung karena ada mantan koruptor yang masih peduli untuk menyadarkan koruptor lain yang masih berpraktek korupsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline