Lihat ke Halaman Asli

Tytiek Widyantari

Pengagum dan penikmat kehidupan

Pesan Tenteram Ajahn Brahm, "Pengupayaan Benar"

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

139520873499385912

[caption id="attachment_299700" align="aligncenter" width="530" caption="Ajahn Brahm - Pengupayaan Benar"][/caption]

WAY TO FREEDOM’ – adalah tema ceramah interaktif “AJAHN BRAHM Tour d’Indonesia 2013”.  Acara yang digelar oleh Yayasan Ehipassiko untuk ke-5 kalinya dalam 5 tahun ini, diselenggarakan selama 8 hari (12-19 Maret 2013), di 8 kota (Banjarmasin, Padang, Palembang, Pekanbaru, Makassar, Jakarta, Banda Aceh, dan Medan), serta menyuguhkan 8 topik: Pandangan Benar – Perniatan Benar – Perkataan Benar – Perbuatan Benar – Penghidupan Benar – Pengupayaan Benar – Penyadaran Benar – Pengheningan Benar.  Topik yang diangkat di Jakarta adalah “Pengupayaan Benar”,  yang mengarahkan kita untuk lebih mengenal kekuatan kebijaksanaan dan kawelasan atau rasa kasih sayang.

Minggu, 17 Maret 2013 jam 13.00 – Hall D2, JI Expo Kemayoran telah dipenuhi lebih dari 5000 orang yang antusias untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh bhikkhu hutan asal London, kepala bhikkhu Australia yang bicara dan ekspresinya menenteramkan itu.  Setelah beberapa acara pengantar, pukul 13.45 mulailah Ajahn Brahm melemparkan pesona yang diawali dengan kesan mendalam pada para penggemarnya di Indonesia.  Jika di negara-negara lain dapat dikatakan half-crazy fans, maka untuk negara kita (juga Hong Kong) dikatakannya full-crazy fans – dalam hal penandatanganan buku dan berfoto-foto, bahkan sampai ke toilet!

Contoh pertama yang disampaikan tentang mengenali kebijaksanaan adalah ketika seorang istri mengunjungi suaminya yang napi di penjara.  Dalam kesempatan itu sang istri mengatakan bahwa kebunnya perlu dibersihkan dan dicangkuli untuk ditanami, tetapi tidak ada yang mau membantu mengerjakannya.  Ketika sang suami berkata akan mengatasinya, sang istri sempat meragukan, bagaimana mungkin sang suami mengatasinya dari dalam penjara.  Beberapa waktu kemudian datang sekelompok orang yang menggali tanahnya dan masalah istrinya teratasi.  Ternyata penggalian itu dilakukan karena sensor pada surat sang suami yang mengatakan, bahwa dia menyimpan uang hasil kejahatannya di kebun.

Pada sesi awal ini Ajahn Brahm sempat menanyakan keberadaan salah seorang binaragawan kita, Ade Rai, di antara pengunjung.  Untuk sehat dan bugar Ajahn Brahm juga melakukan olah raga (dengan tersenyum pastinya), walaupun tidak seperti apa yang Ade Rai lakukan, push-up 20 kali setiap pagi.  Dicontohkannya salah satu gerakan yang bisa kita lakukan juga di rumah setiap pagi begini, julurkan kedua tangan lurus ke depan, kemudian tarik ke arah tubuh perlahan bersilangan memeluk diri sendiri.  Lakukan ini dengan penuh kawelasan atau rasa sayang, karena dengan meresapinya kita tidak mempermasalahkan apakah ada orang lain sayang atau tidak, tetapi yakin ada yang menyayangi diri kita, yaitu diri kita sendiri.  ... dan kita tidak perlu pergi ke ahli psikologi, sambungnya sambil tertawa.

Lima belas tahun yang lalu ada seorang pemuda Australia yang sangat ingin bertemu dengan guru Ajahn Chah untuk mendapatkan pencerahan.  Pergilah dia melakukan perjalanan dari Sydney ke Timur Laut Thailand untuk menanyakan tentang Dhamma kepada Ajahn Chah.  Sesampainya di sana, karena sangat terkenal, banyak sekali orang yang menemui Ajahn Chah.   Sampai tiga jam dia hanya bisa menunggu di tepian keramaian tanpa bisa menyampaikan tujuannya, kecewa.  Untuk kembali pulang dia harus menunggu taxi yang baru bisa menjemputnya satu jam kemudian.  Akhirnya dia berpikir, sambil menunggu dia akan menyapu vihara saja.  Ketika sedang asyiknya menyapu, dia merasakan ada sentuhan lembut di pundaknya.  Ketika dia menoleh, tertegun seolah tak bisa mempercayai penglihatannya, ternyata Ajahn Chah-lah yang menyentuhnya.  Betapa senang akhirnya dia bisa menemui guru terkenal itu langsung berhadapan untuk bertanya.  Ajahn Chah memberikan jawaban, sebagaimana pemuda itu menyapu dengan sepenuh hati, demikian juga ketika melakukan perbuatan baik lainnya, lakukan sepenuh hati, 100%!  Inilah ajaran pengupayaan benar terbaik, katanya.  Ajahn Brahm sempat menceritakan kisah pemuda Australia ini pada suatu kesempatan aksi pengumpulan dana di Perth, dipikirnya melakukan contoh tindakan baik 100% ini akan berhasil mengumpulkan dana yang besar, namun lanjutnya, “... it didn’t work!” sambil tertawa lebar khasnya.

Pengupayaan penuh menyangkut efisiensi, menempatkan pengupayaan yang benar, di waktu dan tempat yang benar.  Kenyataan pada masa sekarang banyak orang sibuk bekerja keras, tetapi tidak tahu bagaimana dan kapan harus rileks atau santai.  Dalam hal sibuk dan santai ini hendaknya kita tetap menerapkan melakukannya 100%, sepenuhnya.  Maksudnya ketika kita sedang mengerjakan sesuatu, misalnya mengerjakan pekerjaan kantor, maka kita akan melakukannya 100%, sepenuhnya hadir di situ.  Bukan berarti tidak memperhatikan yang lain, tetapi memusatkan pada satu hal – menuntaskannya 100% baru kemudian beralih ke hal berikutnya 100%, berarti juga 100% ketika diam tidak melakukan apa-apa.

Suatu hari ada seorang pengunjung vihara dimana Ajahn Brahm tinggal, mengagumi keindahan dan merasakan kedamaian di vihara itu.  Bagi Ajahn Brahm yang sehari-hari tinggal di situ tentunya lebih merasakan kesibukan macam-macam dalam rumah daripada keindahan dan kedamaian.  Kedatangan pengunjung ini menjadikan Ajahn Brahm mengubah pola pikirnya, satu kali dalam satu minggu dia bersikap seolah-olah pengunjung vihara untuk melihat dan menghargai keindahan dan kedamaiannya.  Sebagai pengunjung atau tamu tentu saja tidak akan memikirkan piring kotor atau semacamnya.  Jadi ada kalanya untuk rileks atau santai kita perlu melihat dari sudut pandang seorang tamu di rumah sendiri.  Kondisi rileks sesungguhnya akan membuat kita lebih sehat, lebih efektif dan produktif.

Contoh lain bagaimana seseorang sulit untuk rileks dicontohkan oleh Ajahn Brahm dengan memegang sebuah gelas berisi air.  Gelas itu merupakan simbol stres dalam kehidupan ini.  Makin lama dipegang, maka gelas itu akan semakin terasa berat dan membuat tangan pegal bahkan nyeri, air di dalamnya pun tidak dapat sepenuhnya tenang.  Penyelesaiannya mudah, letakkan saja gelas itu!  Penyebab stres itu diibaratkan pada tidak tahu bagaimana dan kapan meletakkan gelas supaya rileks.  Metodenya menggunakan kebijaksanaan, pengetahuan bagaimana melepaskan dengan ikhlas – manfaatkan kekuatan kawelasan atau kasih sayang.

Setelah dari Jakarta, Ajahn Brahm akan melanjutkan perjalanannya ke Banda Aceh.  Kota ini mengingatkan Ajahn Brahm pada tsunami dan kisah seseorang di Srilanka yang tertolong oleh seekor buaya yang selalu diberinya roti, bahkan binatang pun dapat memberikan kebaikan kalau kita juga berlaku baik kepada binatang itu.  Percaya saja kekuatan kebaikan melindungi kita seumur hidup.  Tidak masalah bagaimana pun bentuk tubuh kita asalkan kita berbahagia.  Tertawalah, katanya.  Dengan tertawa pembuluh darah akan melebar dan membuat peredaran darah menjadi lancar.

Mengenai meditasi, Ajahn Brahm menerangkan singkat bagaimana bermeditasi yang benar.  Sederhana saja – duduk dan diam sebisa kita, lepaskan segala keinginan, jangan melakukan apa-apa, biarkan hati dan badan dalam hening, buka pintu hati dengan penuh kawelasan.

Ceramah diselingi dengan pengumpulan dana melalui lelang patung Buddha batik, lukisan wajah Ajahn Brahm dan lukisan Borobudur yang kemudian ditandatangani langsung oleh Ajahn Brahm.  Waktu lelang sekitar setengah jam ini sekalian memberi waktu kepada yang bermaksud mengajukan pertanyaan melalui sms ke nomor telepon yang telah disediakan oleh panitia.

Memasuki sesi pertanyaan, Ade Rai mendapat kesempatan untuk maju ke panggung menyampaikan kesannya.  Intinya kalau kita ingin berbahagia, maka kita harus belajar juga pada orang yang berbahagia.  Dalam hal ini Ajahn Brahm adalah seorang yang sangat bahagia dimana kita bisa belajar.  Baginya, Ajahn Brahm adalah orang terkaya di dunia, karena memiliki perbendaharaan pilihan/opsi cara pandang dalam kehidupan ini yang menguatkan hati bagi banyak orang.  Kemudian Ade Rai juga menanyakan bagaimana kuatnya keheningan dan manfaatnya bagi kita, Ajahn Brahm menjawab bahwa ketika batin menjadi hening, membiarkan benak kita sangat tenang dan kosong menakjubkan, maka keheningan itu akan memantulkan kebenaran dengan sempurna.

Menjawab pertanyaan tentang buku barunya yang diluncurkan bersamaan dengan tur ini, “Bukan Siapa Siapa” – Ajahn Brahm adalah seorang yang terkenal tetapi bukunya mengatakan bukan siapa siapa.  Banyak hal yang terjadi di dalam kehidupan kita, banyak juga yang tidak dapat kita cegah atau hindari.  Kembali ingat pada apa yang kita lakukan melalui sikap bersujud atau namaskara, makna yang terkandung di dalamnya juga termasuk pada pentingnya melakukan kebaikan, keluhuran dan perdamaian dengan penuh kawelasan – menjembatani dan mewujudkan keharmonisannya.  Dengan menjadi bukan siapa siapa, melepas kelekatan kita terhadap masa lalu dan masa depan, terhadap diri yang lain, kita bisa secara langsung mengalami keadaan alami ketenteraman yang mendasari semua batin kita dan menemukan kebahagiaan momen kini.  Dalam kelapangan itu, kita belajar apa artinya lenyap, sebagai bukan siapa siapa.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana kalau kita sepertinya rileks terus karena tidak punya pekerjaan atau menganggur?  Spontan Ajahn Brahm menjawab, “You should become a Buddhist monk!” dan tertawa lepas.  Perumpamaannya pada seorang profesor di sebuah restoran.  Ketika pelayan menanyakan apa yang akan dipesannya, profesor itu berpikir lama dan malah memakan daftar menu yang disodorkan di meja – kadang kita terlalu banyak berpikir tetapi tidak melihat atau pun berbuat apa-apa.  Lagi-lagi Ajahn Brahm mengatakan, “Please do kindness with compassion!” – lakukan kebaikan dengan penuh kawelasan.

Pada pertanyaan mengapa orang yang baik masih saja mengalami hal buruk, Ajahn Brahm mengatakan bahwa kalau kita benar-benar baik dari hati, kita tidak akan mengalami kesulitan menghadapi hal-hal yang orang pikir itu buruk.  Tersenyum atau tertawa melatih otot-otot sekitar wajah kita menjadi lentur dan itu menyehatkan.  Jadi ketika hal buruk menimpa orang baik, wajahnya akan secara otomatis tersenyum dan lupa untuk tidak tertawa.  Jika ada hal buruk menimpa orang baik, ingat saja cerita tentang kotoran anjing pada pohon mangga, yang ternyata dari yang terlihat kotor di kemudian hari menghasilkan buah mangga yang enak dan manis, karena selalu ada kebaikan – All is well.


Mengenai mengendalikan kemarahan, cintai kemarahan Anda! Pada dasarnya makin keras kita menekannya biasanya jadi makin marah.  Kemudian Ajahn Brahm bertanya kepada hadirin apakah mereka ingat cerita tentang setan pemakan kemarahan, tidak jelas apa jawaban hadirin langsung saja disambungnya, kalau tidak ingat ada bukunya di luar.   Hahaha... Kemudian diceritakannya tentang pertama kali ke Indonesia yang pesawatnya tertunda 24 jam, pikiran jenakanya muncul, yang akan dinaikinya itu bernama Garuda, dan itu nama burung.  Pada waktu itu sedang hangat-hangatnya kasus flu burung, ooh jadi mungkin burung garuda itu terjangkit flu burung.  Pesan moralnya adalah kemarahan itu berusaha mengontrol diri kita, jadi buat apa marah untuk sesuatu yang tidak dapat diubah.  Gunakan saja ‘tawa’ daripada kemarahan, karena kemarahan tidak menghasilkan apa-apa.

Menjelang berakhirnya sesi tanya-jawab, pertanyaan berikutnya adalah mengenai meditasi apa yang cocok dilakukan secara pribadi.  Pada meditasi Buddhis lakukan saja melepas dan jangan mengharapkan apapun.  Pada masa kini kita sebagai manusia disebut ‘human beings’ padahal pada kenyataannya yang terjadi lebih pada ‘human doings’, bukannya hadir (=be), tetapi melakukan (=do).  Hadir berarti membuka pintu hati pada momen ini, cukuplah melepaskan dan hadir di sini, saat ini.  Meditasi adalah hadir sebagai manusia.  Esensi dari pengajaran Buddha adalah melepaskan.

Jam 16:05 praktik meditasi dilaksanakan kira-kira 15 menit, kemudian dilanjutkan dengan doa dan pemberian berkat oleh Ajahn Brahm.  Di momen ini pun Ajahn Brahm sempat berkelakar, bahwa berkatnya punya waktu kadaluwarsa sampai tahun berikutnya, jadi datang lagi kalau tahun depan Ajahn Brahm tur ke Indonesia.

Tetap pada pesan yang aktual sepanjang segala masa.  All is well.

Untuk semua yang telah terjadi, TERIMA KASIH

Untuk  semua yang akan terjadi, BAIKLAH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline