Lihat ke Halaman Asli

Para Patriot dari Maratua

Diperbarui: 25 Agustus 2018   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rintik gerimis yang turun sejak pagi, tak membuat barisan Paskibraka Kabupaten Berau melemahkan ayunan kaki. Mereka terus tegap, menerobos tiupan angin dingin yang merambati lapangan di Maratua, menuju tiang bendera. Tekad untuk melangsungkan peringatan Hari ulang tahun ke-73 kemerdekaan Indonesia begitu membara. Acara harus lancar, apapun yang terjadi.Apalagi, di hari istimewa itu, upacara dipimpin oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Mendag sengaja berkunjung demi merasakan kekhidmatan detik-detik proklamasi bersama penduduk pulau terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Filipina tersebut.

Masyarakat yang hadir sejak pagi, telah mengelilingi lokasi. Serupa benteng, mereka berdiri rapi di tepi lapangan. Melingkari jajaran pelajar, pegawai negeri, serta polisi dan tentara yang menjadi peserta upacara. Tinggal di kawasan perbatasan tak membuat semangat cinta tanah air luntur. Walau mendung bergelayut, mereka tetap teguh datang, demi menyaksikan Sang Saka mengangkasa. Semua mengarahkan pandang pada para pemuda dan pemudi pengibar yang sudah berhenti di tengah lapangan dan cekatan menyiapkan bendera ke tiang. Hening.

Namun, sekian jenak kemudian, orang-orang tercekat. Untai pengikat bendera ke tambang mendadak putus, akibat dibentang sedemikian kuat oleh satu anggota Paskibraka. Kain pusaka itu nyaris terkulai ke tanah, sebelum disambar oleh anggota paskibraka yang lain. Sontak terdengar dengung kerisauan warga.

Rona kebingungan menghinggapi dua pemuda anggota Paskibraka yang menimang bendera. Mata mereka mulai sembab, seperti mewakili suasana hati yang keruh. Bagaimana ini? Apakah upacara diteruskan atau diulangi lagi? Salah satunya berniat melipat bendera. Tapi tiba-tiba terdengar teriakan Kapolres dan Dandim Berau, melarang pemuda itu meneruskan gerakan, seraya memerintahkan agar upacara dilanjutkan.

Menteri Perdagangan sendiri masih berada di podium. Dari berdiri, Mendag duduk dengan gerak-gerik yang tenang. Dan itu sikap yang sangat tepat. Sebab bila bereaksi berlebihan, suasana bisa bertambah kacau. Bupati, camat serta jajarannya tentu makin tak enak hati kepada Mendag atas insiden itu.

Selang beberapa menit, Kapolres dan Dandim memberi isyarat bahwa upacara diteruskan. Prosesi pengerekan bendera dilewatkan. Sepasang anggota paskibraka ditugaskan untuk membentangkan merah-putih, diiringi lagu kebangsaan Indonesia. Syahdu. Kain sang saka bergelombang keras, diterpa angin yang kian kencang. Tangan keduanya bergetar. Dada sesak, menahan kecamuk perasaan yang tak menentu. Mereka merasa terpukul karena tak lancar menjalankan tugas.

Sementara, semua hadirin menerap hormat. Saat itulah, tali yang pengerek bendera di sekujur tiang menyusul putus. Dua kejadian beruntun!

Hadirin tetap mempertahankan kekhidmatannya hingga lagu kebangsaan berakhir. Setelahnya, Kapolres, Dandim, disertai sejumlah pegawai Kabupaten maju ke tengah lapangan. Seorang warga yang akan memanjat tiang demi menyambung tali di atas, turut bersama mereka. Sayang sekali, setelah beberapa kali mencoba, dia gagal. Badannya kelewat berat untuk merayap ke ketinggian. Lagipula, tiang bendara itu terlalu kurus dan besar kemungkinan tak mampu menyangga tubuh warga tersebut.

Kemudian, datang seorang remaja SMA berpostur kurus yang menyediakan diri menjadi pemanjat tiang berikutnya. Bahkan tanpa diminta. Dia bernama Danil Danuri Tumanduk. Tanpa banyak bicara, anak lelaki belasan tahun itu langsung naik. Alas kaki dan seragam sekolah telah dilepasnya lebih dulu. Kaos oblong yang terakhir melekat di badan pun dilukar, lalu digunakan sebagai alat bantu memanjat. Trengginas. Cepat. Hanya beberapa detik, dia mampu mencapai sepertiga bagian atas tiang. Hadirin histeris, saat Danil sempat melorot puluhan sentimenter. Kekhawatiran merebak. Petugas kesehatan bersiap bila terjadi hal buruk dengan Danil.

Namun deru angin lebih cepat ketimbang kecekatan Danil. Tangannya hampir berhasil meraih sisa tali yang putus di bagian atas tiang, sebelum tali itu terbawa embusan hingga tertarik menjauh. Sebab risau, orang-orang di bawah meminta Danil untuk turun. Meski gagal, kerelaan Danil untuk menempuh risiko demi kelancaran pengibaran Bendera Merah Putih, telah menyentuh hati warga pulau Maratua.

Upaya terus berlanjut. Dan kali ini, lebih mencengangkan. Warga bersama para prajurit TNI serta polisi, kompak bahu-membahu merebahkan tiang agar lebih mudah menyambung tali. Itu pun tidak mudah. Sebab mereka mesti melepas paksa, ikatan pasak di bagian bawah tiang. Kerja keras itu pun berujung bagus. Bendera merah putih berhasil dikibarkan, diiringi satu pengulangan upacara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline