Kami sampai di hotel daerah Kelimutu dengan cuaca sangat tidak bersahabat. Tapi dasar aku kalau gak nyoba dulu pasti penasaran, sama halnya dengan mencoba melihat sunrise Kelimutu besok pagi. Saya sudah mewanti-wanti Rian, driver saya, untuk bangun besok pagi jam 5 dan jangan telat nanti keburu ilang tuh sunrise.
Dari raut mukanya Rian, dia ragu tapi saya memilih masa bodoh dan mencoba positive. Tidur malam itu perasaan kami campur aduk karena di luar masih hujan gerimis dan masih terasa adrenalin mengemudi Rian yang begitu tegang akibat kabut yang menutupi jalannya. Maka kali ini saya menyatakan kabut sebagai musuh saya dan ternyata benar-benar seterusnya.
Saya terbangun karena alarm menyala kami bersiap dan menghempaskan rasa kantuk kami. Masih gerimis tapi sudah tidak terlalu separah semalam. Cuaca di luar benar-benar menusuk tulang tapi saya yang semakin terbiasa dengan udara daratan tinggi Flores pun tak mengeluh. Keluar hotel, saya cari-cari di mana Rian.
Saya telepon tak kunjung dijawab. Semakin khawatir saya karena hujan semakin lebat. Padahal ini adalah tujuan akhir kami overland Flores, saya membayangkan akhir yang sedih juga supaya ekspektasi tidak menyakiti saya. Setengah jam krang kring krang kring akhirnya dua pemuda ini bangun dengan wajah gelagapan karena muka saya sudah keburu jutek.
Semburat pagi sudah mulai muncul maka Rian pun langsung tancap gas. Ternyata untuk menuju danau 3 warna itu, lumayan jauh dari pintu gerbangnya. Hujan semakin hingar bingar membuat kami semakin lesu. Yah, gimana nih. Kami pun berlarian ke kios makanan, tepat di sebelah tangga menuju Kelimutu. Fix! hilang sudah sunrise yang diidam-idamkan. Ku menangis....
Kami memutuskan untuk sarapan dulu, tapi jujurly hati saya makin tidak karuan kalau itu danau 3 warna gak terpampang di muka saya. Maka saat hujan mulai sedikit reda kami pun langsung naik tapi astaga kabut tak juga hilang. Karena gak mau lagi bete, maka saya bercanda-canda dengan mama dan Dewi yang saya rasa juga punya rasa kecewa seperti saya. Kami main tebak-tebakan sepanjang perjalanan menuju danau dan juga meledek Rian.
Namun mau memperbaiki sebagaimanapun ya, tetap saja kabut membuat kami patah hati. Setelah naik ke puncak kami pun tidak mendapati warna-warna itu cuma sekilas-kilas saat kabut sudah tak lagi pekat.
Saat si danau menunjukkan warnanya kami berteriak histeris hahahah....tapi saat dia tertutup lagi tabir kabut kami langsung kecewa.
Apakah ini akan berlangsung terus menerus? padahal hari sudah semakin siang. Jika kami tidak mengikuti jadwal yang kami buat maka kemungkinan kami akan sampai malam menuju tempat selanjutnya.
Rian yang melihat kita kecewa menyarankan untuk menunggu di sini sampai siang dengan harapan cuaca berubah. Ini lah titik perdebatan antara mama, Dewi dan saya yang bikin si Rian melongo pasrah. Saya dan Dewi tetap penasaran dan mau menunggu, sementara si mama sudah pesimis cuaca tidak akan berubah. Rian menyarankan untuk kami ke Desa Wologai dan mengunjungi tempat lainnya di daerah Bajawa.
Akhirnya dengan berat hati kami tinggalkan Kelimutu yang benar-benar membuat kami kecewa, kebasahan sampai kedinginan. Sedih bener. Jadi katanya disarankan jangan di bulan Juni ke belakang untuk datang ke sini karena cuacanya kurang bersahabat. Jadi lebih baik sebelum Juni gitu. Karena sudah terlanjur kacau semua, semoga next destination tidak membuat galau ya. Penasaran mau kemana? simak cerita lanjutannya nanti. Cerita lainnya lihat di sini.