Lihat ke Halaman Asli

Mustyana Tya

Penulis, jurnalis dan linguis

Keliling Ternate Setengah Hari, Kok Bisa?

Diperbarui: 3 Juni 2021   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pagi benar kami sudah terpontang panting buru-buru mengejar pesawat pagi menuju Ternate dari Bandara Labuha. Huft... untung aja kekejar wkwkw. Kami punya waktu setengah hari di Ternate dan ternyata teman saya sudah menyiapkan segalanya untuk kami bisa jalan-jalan sebentar.

Jadi sesampainya di Ternate kami sudah duduk nyaman di dalam mobil. Ke mana tujuan pertama? Tentu aja ke Benteng Tolukko, eh sayang ternyata belum buka dan si ibu yang biasa jagain pun lagi gak ada. Karena saya pernah ke sini sebelumnya, saya pun merekomendasikan untuk bergerak ke Danau Ngade. 

Danau ini emang ga seterkenal Danau Tolire tapi saya lebih suka di Ngade karena panoramanya ke laut lepas. Saya pikir wisata danau ini pun masih tutup, ternyata wisata yang kebanyakan dikelola oleh pribadi ini malah menyilakan kita masuk meski si bapak sebenernya belum mau membuka tempat wisatanya karena saat itu masih pukul 9 pagi wkwkw...

Beda dari sebelumnya, waktu saya ke sini, kini wisata di danau ini sudah begitu tertata apik. Bahkan disediakan beberapa spot Instagramable. Wah mereka sudah melek cara mengelola wisata. Salut. Saya pun langsung bergegas memotret ke segala penjuru dan tentu saja dipotret dengan berbagai pose. Meski sudah 2 kali ke sini tetapi kenapa rasanya setiap kali berbeda ya, Hahaha ternyata gegara patner. Jadi patner itu menentukan atmosfer wisata kita lho. Kebetulan saya kan bareng lelaki2 yang selalu siap sedia direpotin dan sudah merasakan pahit manis menjelajah Halmahera jadi kami bisa dibilang menjadi dekat. Dan ini adalah momen-momen terakhir kami jadi gak mau dong disia-siain.

dokpri

Selepas Danau Ngade, kamu bergerak sedikit ke Kafe Florida eh tapi tutup juga, hahaha... yaudah deh ke tempat yang lain dulu kali ini kami main sebentar ke Fort Oraje, jadi ini alah satu benteng peninggalan belanda juga yang berhadapan dengan laut. Angin di sini sedemikian besar namun terselip romansa ayah anak yang bikin meleleh. Iya, ada bapak yang menemani putri kesayangannya belajar berjalan. Gemes banget ga sih. Kami menikmati waktu di sini menunggu hingga jam makan siang tiba, dan kembali lagi ke Kafe Florida untuk menyantap ragam hidangan laut yang seger abis.

dokpri

Dari sini, fotografer saya ribut mau cari lokasi yang mirip dengan uang seribu. Yang menampilkan kepulan Tidore dari tepian Ternate ini. Kami bluskan kemana-mana, ternyata emang ada tapi gak gitu mirip sih dan letaknya ada di dalam perkampungan itu. Karena sudah lelah dengan keras kepalanya fotografer saya akhirnya kami-kami enggan untuk keluar mobil apalagi cuaca kala itu terlampau panas. Hwaa... klo ga pinter-pinter handle diri bisa murka saya wkwkw. Tersisa hitungan jam kami langsung bablas muterin pulau ini. Konon katanya sang driver, kita bisa keliling ternate dalam waktu setengah hari saja. Benar saja kami sudah hampir mengitari seluruh Ternate, dan singgah di Pantai Jikomalamo.

dokpri

Di pantai ini ada beberapa sisa batu angus alias bebatuan yang berasal dari semburan Gunung Gamalama kala meletus dulu. Uwow! Di pantai ini lumayan komplet sampai ada tempat untuk diving juga dan tentu saja teman-teman saya ribet dengan drone miliknya. Terusan pantai ini juga rupanya menuju persinggahan selanjutnya yaitu Pantai Sulamadaha. Pantai ini disebut Google sebagai pantai dengan air terjenih. Saya sendiri sih meragukannya, meski dibeberapa spot memang terlihat jernih.

Saya sebelumnya juga pernah mampir ke sini. Dan jalan menuju pantai ini dari tiket masuk itu jauh banget parah, sampai ada nyaris setengah jam kalau berjalan santai. Makanya saya kasih informasi ini ke teman-teman saya dengan maksud supaya mereka ingat bahwa dalam 3 jam pesawat mereka berangkat. Tetapi peringatan tinggal peringatan, karena toh fotografer saya tetep ngotot mau ke sana.

Akhirnya karna ga kuasa menahan egonya si fotografer kami mengalah dan memilih menunggu di dekat pintu masuk saja, sementara dia jalan menjauh menuju spot Pantai Sulamadaha. Kami duduk-duduk, tidur-tidur sampai ngapain aja karna nunggu dia gak kembali2. Duh elah kan udah dibilangin. Mereka pun ketar ketir. Dan mulai sumpah serapah takut ketinggalan pesawat dan plus belom beli oleh-oleh.

Akhirnya kami teleponin terus lah si fotografer supaya cepat kembali, akhirnya nonggol juga dengan tergopoh2. Dan ini pertanyaan paling  menghujam, "gimana jauh kan?" puas banget saya tanya itu. Trus dia bilang "gila jauh banget sampe balik gw naik ojek" dalam hati tertawa kenceng. Kannn... Ternyata dia sengaja mau foto Sulamadaha itu ke-trigger temennya yang dapat penghargaan foto gegara foto Sulamadah. Oalah. Biasa lah ya lelaki kompetesinya Kerad!

Lalu syuting ala Uang Kaget pun dimulai wkwkw... demi mengejar pesawat tapi tetap mau beli oleh-oleh maka begini lah. Kami langsung meluncur ke toko oleh-oleh ga banyak cincong dan gak milih macem-macem langsung sikat! hahaha... Jadi tahu kan, kalau di perjalanan itu emang haram banget egois. Kalau mau jalan ya sendiri aja jangan nyusahin orang. Akhirnya, tiba waktunya saya melepas mereka di bandara dan saya sendiri melanjutkan perjalanan ke antah berantah Morotai. Another perjalanan nekat yang saya lakukan. Mau tahu hasilnya? tungguin ceritanya! Cerita lainnya lihat di sini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline