Lihat ke Halaman Asli

Mustyana Tya

Penulis, jurnalis dan linguis

Cobain Ikan Fufu dan 8 Jenis Sambal Kesukaan Bu Megawati

Diperbarui: 27 April 2021   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Karena perut udah melilit banget kelaperan, maka saya putuskan meninggalkan teman saya yang masih menyelami sejarah peradaban kesultanan Bacan. Dan mulai cari-cari makan yang semuanya serba ikan. Ini bikin salah satu teman saya gak nyaman, karena dia gak gitu suka ikan. Hmm belum aja dia ditenggalamin bu susi. Wkkwkwkw.. 

Sebenernya di sini udah kayak surganya ikan. Kita bisa makan ikan apa saja yang bahkan aneh di telinga, salah satunya ikan fufu. Ih, gemez amet ya namanya. Saya pun dibawa ke penjual ikan fufu. Bersama sang suami dia tengah sibuk mengasapi ikan ini sampai baunya kemana-mana. Jadi ikan ini adalah ikan cakalang, tuna, atau tongkol yang diasapi. Karena diproses demikian, membuat ikan ini jadi bertahan lama bisa sampai 3 hari. 

Kami membeli beberapa ekor ikan fufu ini yang dijual mulai dari Rp 30 ribu. Ikan ini biasa juga dimakan sama sambal dabu. Rasa ikannya benar-benar asli karena tidak ada tambahan bumbu apapun, namun yang bikin mantep itu ya daging ikannya tebal dan padat. Jadi bisa disantap ramean banget. Lucunya, malah ada teman saya yang sanggup menghabiskan 2 ikan fufu segede gaban ini. Wow hebat hahaha... dia emang pencinta ikan. Kalau kamu lagi di Bacan,  Halmahera Selatan wajib banget coba ikan ini. Ikan ini udah juga jadi oleh-oleh khas bacan makanya si ibu suka mengirim ikan-ikan ini sampai ke Makassar. Wadidaw.

dokpri

Bukan cuma ikan, Bacan juga punya kuliner wow lainnya. Sederhana si cuma sambal. Tapi sambal yang mereka punya itu ada 16 jenis. Terbanyak mungkin di Indonesia. Saya pun sampai kesulitan menghapal. Senengnya itu kita pas makan malam di warung baso ikan bukan sapi, disediain dong 8 diantara 16 sambal itu. Deretan sambal ini bikin saya mengaga saking takjubnya. Selain ada sambal, yang gak ketinggalan juga roti pink berbentuk segitiga. Ini roti sagu yang saya pikir ini enyak... tahu-tahunya keras abis sampe rasanya gigi mau copot wkwkw.. dan rasanya tawar. Biasanya emang dicelup sama kuah ikan kuning yang masih hangat si. Tapi saya belum pernah coba.

Balik lagi ke sambal, saya menandai beberapa sambal yang kami santap meski namanya suka tertukar-tukar. Maklum otak saya dikit wkwkw. Jadi beberapa sambal atau dabu ini punya kekhasan biasanya ibu-ibu bacan membuatnya dengan kelapa bahkan ada sambal yang difermentasi. Yang paling saya suka Dabu Colo-Colo yang mirip kayak sambal umumnya namun lebih terasa segar dan pedas. Bu Mega juga menggemari sambal-sambal ini, yang paling dia suka sambal Dabu Beo. Bahkan konon katanya, saking ketagihannya bu Mega sampai minta dibungkus dan dibawa pulang. Ada-ada aja presiden ke-5 kita ini wkwkw.

dokpri

Sebenernya di antara liputan dua tempat itu, kami terlebih dulu mengunjungi workshop batu bacan yang udah sepi banget. Kebayang dulu waktu zaman jaya-jayanya, pasti ramai banget. Bapak penjual ini pun sebenernya tidak membuka workshop karena memang pesanan belum ada. Tapi demi kami yang meliput dia pun bersedia membukanya kembali.

dokpri

Bebatuan yang dia punya pun tak banyak. Sinar mata bapak itu tidak lagi cerah seredup tren batu baca kini. Dulu berkat batu bacan, dia bisa beli kendaraan sampai rumah, ikut kontes dan batunya bisa terbang sampai luar negeri. Tapi sekarang pesanan sungguh jarang, miris akutuh ngelihatnya. Mungkin memang kalau ada tren jangan mudah terlarut ya nanti jatuhnya sakit. Eaa...

Menjelang sore kami mampir ke Benteng Bernave yang letaknya di tengah permukiman penduduk. Benteng ini cuma dibiarkan begitu saja, seolah gak ada jejak sejarah padahal benteng ini udah lama banget karena ada dari zaman Portugis Spanyol. 

dokpri

Hm... tapi memang tidak ada yang spesial di benteng ini kecuali berbagai meriam, ada ruangan di bagian atas juga, entah itu penjara atau apa sama sekali enggak ada keterangannya. Sedih. Pasti sebenernya benteng ini punya sejarah yang menarik. Tapi kenapa dah gak disampaikan informasi yang menyeluru. Benteng dibiarkan gelap dan diselimuti lumut.





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline