Memasuki museum perang di Hanoi bagai disedot ke dalam lubang raksasa sejarah kelam perang tak berkesudahan di Vietnam. Memang dibandingkan negara Asia lainnya, mungkin Vietnam adalah negara dengan perang terbanyak. Yang paling tersohor, tentu perangnya Vietnam dengan Amerika. Babak pertama museum ini disajikan awal mula negara Vietnam di zaman batu sampai akhirnya masuk ke zaman sejarah hingga dijajah China.
Pada babak ini terdapat peta, patung perunggu, berbagai senjata yang digunakan tentara Vietnam untuk lepas dari China. Selanjutnya, di ruang bagian atas adalah babak untuk penjajahan Prancis.
Sama seperti sebelumnya, barang-barang yang ditampilkan juga sama. Di lantai dua ini juga ada semacam bioskop. Di dalam sini ada orang-orang veteran juga yang nonton. Meski sepertinya seru tapi sayang film dokumenter yang diputar berbahasa Vietnam tanpa ada subtitle. Yah, cuma nangkring aja sebentar abis itu turun ke bawah.
Daripada gue yang banyak men-skip jajaran barang-barang yang dipamerkan, para turis asing cukup menaruh perhatian. Gw yang sambil lalu lihat-lihat emang tampak berbeda sama para turis yang emang kelihatannya sudah paham benar sejarah Vietnam.
Hehehe... Yang menarik perhatian sih sebenarnya banyak hal-hal yang remeh yang ikut dipamerkan, contohnya baju anak kecil korban perang (punya siapa coba) namun bisa dinilai juga pameran ini detail (baju pahlawan x saat membawakan pidato bla bla). Barang-barang kayak gini yang ga kita temuin di museum Indonesia.
Habis era Prancis, mulailah puncak perjuangan Vietnam melawan Amerika. Demi memberangus paham komunis, Amerika rela jatuhin banyak bom dan hancurin Vietnam tapi kalah hahaha... kok bisa. Yang gw lihat si, emang orang-orang Vietnam terkenal solid bahkan mereka punya perlawan di setiap desa. Menurut gw itu keren banget dan gak ditemuin saat perjuangan di Indonesia.
Jadi tiap desa mereka punya taktik dan cara masing-masing untuk ngelawan si semprul Amerika. Misal bangun pertahanan desa dari jebakan bambu sampai buat lubang-lubang untuk mereka lari dan tinggal.
Dan propaganda mereka juga kompak dari anak kecil sampai wanita ikutan berperang. Jadi pusat diplomasi tetap dipegang pusat dan disuarakan lewat surat kabar mini seukuran buku yasin.
Mungkin ini menurut gw yang terasa beda, klo sejarah kita hanya menampilkan tokoh, diplomasi tanpa detail yang jelas apa yang dilakukan rakyat jelata kala itu.
Ok sekarang soal museum lagi yak. Di bagian luar museum ini banyak meriam yang dijajarkan di depan benteng. Kita bisa juga naek ke benteng ini. Meski tua tapi terawat cuma lumayan berat naik ke atas kalau badan lu gede hehehe....
Di samping benteng juga ada beberapa helikopter, pesawat, tank dan reruntuhan alat perang lainnya. Yang jadi pertanyaan nyokap "apa tank itu gak rusak dipajang diluar dan kena ujan?" iya ya bener juga, apalagi yang dipamerin di luar tuh banyak banget, gak sayang apa pengelola yak.