Malam perlahan gulita.
Untuk kesekian kalinya, ia mendekap sembari menatapku jenuh .
Hampir saja ia pergi, namun aku masih terisak.
Angan-angan bersamamu pamit ingin pergi.
Meninggalkan air mataku yang tak jua kering.
Meninggalkan bualan-bualanku yang tak kunjung bungkam,
Apakah ini akhir dari sandiwaraku?
Didepan mu aku tangguh kuat, lantas dibelakangmu aku lumpuh lemah tak berdaya?
Fana nya cinta, telah menghancurkanmu.
Agaknya ia menjelma dan membekukan hatimu.
Jemari mu menggenggamku, namun hatimu tak begitu.