Lihat ke Halaman Asli

Review: Flashpacking to London - by Deedee Caniago

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“LONDON! It’s London, Baby!”

Kalimat ini pas banget untuk melukiskan alasan saya membeli buku ketiganya Mbak Deedee Caniago. It’s all about London! Kalimat itu juga yang sering diulang-ulang dalam buku dan pas mengekspresikan euphoria semua orang yang cinta mati sama ibukota Inggris ini. Iya, ibukota negara yang sudah memberikan kita The Beatles, Prince William, David Beckham, Michael Owen, BBC, Liverpool Football Club, sampai peron 9 ¾-nya Harry Potter.

Membaca buku ini mengobati kekangenan saya pada tulisan-tulisan Mbak Deedee di blog Multiply-nya yang sudah almarhum (hikssss). Membaca buku ini juga menyemangati saya bahwa mimpi ke London itu sangat mungkin terwujud, asal:


  1. Rajin nabung
  2. Punya perencanaan yang baik dan detil
  3. Siap pasang santai mode-on

Ketiga poin diatas dibahas secara tuntas dalam buku. Ketiganya adalah realita yang dituliskan dengan tepat oleh Mbak Deedee. Realistis! Itu yang saya suka dari beliau. Realistis dalam arti harus siap dengan segala risiko dan kemungkinan yang ada. Realistis dalam arti liburan MUNGKIN enggak hanya senang-senang saja, bisa juga terjadi “kecelakaan-kecelakaan” yang MUNGKIN merusak mood. “Kecelakan” sesederhana kereta mogok sampai se-cetar-membahana level gunung api meletus. Semuanya komplit dibahas di buku. Intinya, tinggal bagaimana kita bersikap saja. Mau move on dan putar otak cari plan B sampai Z kalau mengalami semua hal tersebut, atau mau ngotot harus sesuai rencana, tapi “nyiksa” diri sendiri dan orang lain?

Di situlah level seorang flashpacker diuji. Seberapa pandai dia mencari rotan saat tidak ada kayu. Secara keseluruhan, saya puas membaca buku ini. Banyak bagian yang bikin ngikik, bertanya-tanya, bahkan ikutan sedih di momen kunjungan ke monumen Bom Bali dan pojok Lady Di-Dodi Al Fayed di Harrods. Saya juga ikut deg-degan di momen ketinggalan kereta dan ikutan sebal ketika membaca kisah Mas Pandu yang ingkar janji dan misah dari rombongan. Pasalnya, saya pernah mengalami hal yang sama juga. Memang sulit ya menyatukan keinginan banyak insan di saat liburan. Mood and expectation management semakin diasah saat berlibur.

Thanks for sharing, Mbak Deedee. Jempol buat karyanya. Sayangnya, enggak ada bagian tentang kunjungan ke lokasi syuting Notting Hill, stadion bola dan museum di Liverpool, lokasi syuting Harry Potter di peron 9 ¾ , toko buku, flea market, dan garis GMT. Oh iya, kalau nanti ketemu di peluncuran bukunya, saya mau tanya tips dan trik “ngumpetin” rendang biar enggak terdeteksi petugas bandara. He..he..he..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline