Lihat ke Halaman Asli

Tya Mulya

Mahasiswa

Check Kesehatan Mental, Apa Perlu?

Diperbarui: 10 Oktober 2022   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Senin 10 Oktober menjadi hari di mana seluruh orang di dunia memperingati hari kesehatan mental. apa sih kesehatan mental itu? Dikutip dari laman resmi Kementrian Kesehatan, kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentang dan tentram, sehingga kita dapat menjalani kehidupan sehari-hari dan saling menghargai satu sama lain. Menurut WHO, kesehatan mental ialah suatu keadaan/status sehat utuh secara fisik, mental/rohani dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Juga di mana setiap perorangan memiliki potensi yang dapat diwujudkan oleh diri sendiri, beraktivitas normal dan juga saling memberikan manfaat terhadap sesama.

Saat ini, kebutuhan untuk mengetahui kesehatan mental seseorang sangatlah penting. Ini disebabkan karena tingkat kesetressan orang meningkat dari tahun ke tahunnya. Mengingat dua tahun terakhir ini dunia dilanda wabah yang cukup mematikan sehingga menyebabkan ribuan orang meninggal karenanya. Tak terkecuali Indonesia, Indonesia pun tidak luput dari serangan wabah tersebut. 

Menurut data dari Kemenkes, dicatatkan bahwa selama pandemi ada kenaikan angka terhadap gangguan jiwa yaitu sebesar 2 kali lipat dari sebelum pandemi. Bahkan, disebutkan pula bahwa beberapa bulan saat pandemi awal 1 dari 5 orang memikirkan untuk mengakhiri hidup, kemudian setelah 1 tahun pandemi berjalan diketahui menjadi 2 dari 5 orang yang ingin mengakhiri hidup, dan di awal tahun 2022 menjadi 1 dari 2 orang yang terpikirkan untuk bunuh diri. (Data dari Kemenkes) 

Penyebab dari mengapa tingkat kesetressan orang-orang meningkat di dua tahun terakhir ini adalah karena pemerintah membuat kebijakan darurat tentang diharuskannya lockdown di beberapa titik berbahaya sehingga dapat mengurangi penyebaran virus. Orang-orang tidak dapat keluar masuk area yang dilockdown jika tidak ada keperluan mendesak. kemudian, lesunya dalam bidang ekonomi yang mana menyebabkan banyak perusahaan merumahkan sebagian karyawannya untuk memangkas biaya operasional yang tidak sebanding dengan pendapatan di kala itu. Maka dari faktor-faktor ini banyak orang yang memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya.

Selain dua faktor yang telah disebutkan di atas, ada faktor-faktor lain yang dapat menjadikan seseorang apakah ada masalah dengan kesehatan mentalnya atau tidak. Tidak ada salahnya apabila kita memiliki gejala kesehatan mental dan meminta bantuan teman atau orang lain untuk membantu meredakan apa yang sedang dirasakan, seperti meminta orang lain untuk mendengarkan keluh kesah kita. Hal ini dapat membantu kita untuk mengurangi terhadap gejala-gejala selanjutnya yang mana akan mengarah pada kefatalan atau penyesalan. 

Kemudian terbuka terhadap orang lain, dalam hal ini terbuka tentang apa yang sedang di alami. Bersikap tertutup terhadap apa yang sedang dialami hanyalah akan menumpukan masalah lain yang akan berujung pada penyesalan. Apabila kita malu bercerita terhadap teman dekat atau saudara, kita bisa mendatangi seorang psikiater untuk membantu kita sekaligus memberi solusi terhadap apa yang sedang dialami.

Meskipun kita memiliki ciri-ciri yang mengarah pada gangguan mental, bukan berarti kita bisa melakukan self-diagnose. Diperlukan konsultasi khusus dengan dokter ahli agar ditemukan solusi yang tepat untuk menangani permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan mental. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline