Bun, sudah baca berita yang sedang ramai? Tentang seorang ibu yang berniat membuang bayinya di rel kereta tapi digagalkan oleh petugas. Mungkin ada juga ibu yang tidak pernah merasakan baby blues sama sekali, maka bersyukurlah bun. Saya pribadi merasakan baby blues yang tidak berat, Alhamdulillah.
Dengan perkembangan internet dan cepatnya informasi beredar, Ketika hamil, mungkin ada beberapa ibu yang merasa sudah cukup siap dengan kemungkinan hadirnya si baby blues. Tapi bun, ingat yah Baby blues ini bukan seperti koneksi internet yang bisa direset ketika ia menghampiri kita. Baby blues juga bukan tolak ukur betapa lemahnya kita menjadi ibu. Baby blues merupakan alarm bagi ayah, keluarga dan diri kita sendiri ya bun. Beberapa orang tidak akan menyadari kehadiran Baby blues, karena pikirannya tersita dengan 'ketidaknyamanan' yang mengganggu.
Karena saya bukan seorang praktisi kesehatan atau orang yang dekat dengan profesi tersebut untuk menyampaikan penyebab baby blues, maka saya akan menceritakan pengalaman saya ketika mengalaminya walaupun ringan. Waktu itu ASI saya susah keluar, suami kerja di luar kota dan saya tinggal di rumah mertua yang selalu bergumam ke anak saya "kasihan nggak dapet ASI" dan selalu memberi saran ini itu supaya ASI saya keluar. Tapi saran-saran itu malah men-trigger emosi saya, membuat saya marah pada diri saya sendiri, membuat frustasi dan kemudian sempat melampiaskan amarah ke keponakan yang main ke rumah sampai dia menangis karena seumur-umur saya tidak pernah marah bahkan membentaknya. Baby blues itu celah sempit untuk para setan membisikkan hal-hal membuat para ibu berlaku di luar nalar. Dari situ saya seperti disadarkan... apa yang terjadi dengan saya? Kenapa saya bisa sebegitu marahnya ke keponakan hanya karena memintanya untuk mematikan tv tapi bukannya dijalankan malah dia asik bercanda dengan temannya.
Sahabat saya juga pernah mengalaminya, Ia melahirkan kembar, setelah kurang lebih 8 tahun menikah kemudian ASI juga tidak keluar. Dia sempat menceritakan satu moment saat anak-anaknya menangis di tengah malam lalu dengan kasar dia membangunkan suaminya dan berkata "Urus tuh anak kamu jangan sampai aku cekek mereka sampai mati" lalu pergi keluar kamar dengan membanting pintu. Kemudian besoknya dia menelepon saya sambil menangis. Karena jarak anak kami pas setahun, anak saya lebih tua, jadi dia bingung dan kaget kenapa dia sampai bicara seperti itu.
inilah alasan kenapa saya bilang ini alarm untuk ayah atau keluarga. Karena hanya mereka yang bisa mengingatkan si ibu untuk kembali ke dirinya sendiri, yang sebenarnya. Menyadarkan si ibu kalau mereka tidak sendirian, ada ayah dan keluarga lain yang bisa membantu. Sadarilah bun, melahirkan itu sendiri sudah menjadi anugrah untuk kita para wanita, banyak pahala terselip di balik itu semua. Jadi bun, jangan pernah merasa bersalah akan kekurangan apapun yang kita alami setelah melahirkan.
Lalu kepada para ayah dan keluarga, yuk bisa yuk ketika si ibu sedang hamil, jangan ibu saja yang memperkaya ilmu tentang baby blues, tapi semua orang di rumah juga harus memahaminya. Agar si Ibu tidak merasa sendiri ketika menghadapi kekurangannya. sehingga fase baby blues tidak berlarut-larut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H