"Aku mencintaimu melebihi dia, Ka. Aku menyayangimu melebihi Nesti". Ucap seorang gadis dengan nada suara cukup kencang dan bergetar.
Si remaja laki-laki hanya diam mematung dengan posisi badan yang membelakangi gadis tersebut, setelahnya berlalu meninggalkan dia yang berdiri di belakangnya, dan aku hanya bisa mematung melihat pemandangan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Buru-buru ku tarik langkah ku dan berbelok masuk ke sebuah lorong untuk menyembunyikan keberadaanku di situ.
"Kenapa aku tak bisa membaca itu semua, apa aku terlalu polos atau memang aku bodoh yang tidak membaca situasi tersebut. Beberapa kebetulan atau memang situasi yang sengaja diciptakan tanpa aku tau dan tanpa aku sadari sebelumnya". Ucap ku menuju kelas.
Cuaca akhir-akhir ini memang kurang bersahabat angin yang kencang, mendung, hujan, cuaca lembab hawa dingin, dan terkadang juga cuaca panas tak terkira hingga 39 membuat badan bingung harus beradaptasi, dan akhirnya kebingungan badan dikeluarkan dalam bentuk sakit mulai dari panas, batuk, pilek seperti yang ku alami. Tapi kemudian aku berfikir ini sakit karena cuaca atau karena fakta yang aku dapati minggu lalu? Dan belum ada konfirmasi dari dua orang tersebut padaku. Keduanya nampak biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa ketika meraka berada bersamaku.
Seperti hari ini, kita biasa menghabiskan waktu istirahat kedua setelah sholat dhuhur dengan menyantap makan siang di kantin.
"hey, gimana praktek biologimu hari ini Nes" Ucap Dira padaku dengan tangan membuka bungkus Taro.
" Lancar aman, meski nahan ingus yang malu-malu jadi dia keluar masuk mulu heheh. Dika tu, masih bingung aku jelasin ga paham-paham. Coba deh kamu bantu" Ucapku dengan menyomot isi taro dari bungkusnya yang sudah dibuka Dira.
"Kayaknya dia lagi ada masalah tapi belum mau cerita. Aneh yang tiba-tiba dari kemarin", sembari ku senggol kakinya dengan mataku melirik kearah Dira.
"Sok tau, dah dah lanjut nanti mi rebus datang mari kita tandaskan". Ucap Dika yang duduk berada diantara aku dan Dira.
Aku melambatkan langkah kakiku menuju kelas, dan Dira berjalan tepat di depanku. Kita asyik dengan pikiran kita sendiri, dan yang ada dalam pikiranku saat ini adalah, aku merasa sedikit ada yang berbeda dari dua orang ini. Hari ini mereka jadi lebih pendiam dari biasanya. Bagian paling menyebalkan adalah menebak-nebak sesuatu yang sama sekali aku tidak ingin lakukan. Belum selesai aku menebakk-nebak dipikiranku tentang mereka. Tetiba, Dira menghentikan langkahnya tepat didepanku, dan itu membuyarkan lamunanku karena akhirnya punggung Dira kutabrak.