Lihat ke Halaman Asli

Menemui Tuhan

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_113408" align="alignleft" width="300" caption="desperate"][/caption] Segala kepahitan, musibah, dan apapun yang disebut manusia sebagai sial atau celaka dalam hidupnya, adalah bentuk kasih sayang Allah kepada makhlukNya. Di satu titik kehidupan, setiap manusia pasti pernah ditempatkan di titik nol, seolah berada di tepi jurang di atas tanah yg rapuh.  Saat itulah hanya ada manusia dengan Tuhannya. Marilah kita ingat kembali peristiwa-peristiwa hidup yg menempatkan diri kita di titik nol, titik terendah, siapakah yang kita ingat? Hal yang kita ingat itulah sejatinya yang menjadi tuhan kita. Bila kita mengingat harta, jabatan, pekerjaan, dan keluarga kita, maka itulah tuhan yang selama ini kita sembah. Hal terbaik adalah mengingat Allah, karena Dialah sebaik-baiknya penolong. Ruh kita dibersihkan, diperbarui, dilahirkan kembali, sehingga mampu mengenal dan merasakan kehadiran-Nya. Itulah makna perkataan Isa : "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Marilah kita bersyukur setiap kali kita ditimpa musibah, karena itu berarti Allah menyayangi kita, tidak meninggalkan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline