Lihat ke Halaman Asli

Awas ada Ketua Galak!

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1365583580832643018

Inilah postingan ke-3 saya di kompasiana dan masih dalam rangka yang sama yaitu untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah yang dosennya kompasianer abisss. Tapi saya salut dengan dosen yang satu ini karena wawasannya. Yang ini ciyuss lho... hehe Masih dengan tema kepemimpinan dan kali ini saya ingin berbagi pengalaman pribadi saya sebagai pemimpin alias ketua kelas saat duduk di bangku SD. Sedikit intermezzo, dulu penalaran tingkat SD saya mengatakan bahwa seorang ketua kelas haruslah tegas dan galak agar anggota kelasnya bisa tertib. Terutama jika ketua kelasnya adalah perempuan. Dan paham ini terus saya pegang selama saya menjadi ketua kelas saat SD. [caption id="attachment_237312" align="alignnone" width="205" caption="image by google"][/caption] Akibat dari salah pemahaman ini, predikat sang ketua galak pun melekat pada saya. Setiap kali saya lewat, teman-teman terutama teman laki-laki yang sering saya tertibkan jika ribut di kelas dengan galak, akan menyoraki saya dengan sebutan ketua galak. Hal ini tidak lantas menyurutkan semangat saya menjadi ketua kelas. Justru saya semakin tertantang oleh mereka, sampai-sampai saya menyediakan penggaris kayu untuk memukul anak laki-laki yang susah diatur. Sang ketua kelas masih terus mempertahankan gaya galaknya dalam mengatur kelas. Bahkan tak ragu memukul dengan penggaris kayunya. Tanpa saya sadari bukan kelas yang tertib dan disiplin yang saya dapat, justru pembangkang-pembangkang yang memang sengaja senang melihat saya kesal dan rempong sendiri. Satu kejadian yang tak mungkin saya lupakan adalah ketika sepulang sekolah ada orang tua salah satu teman saya yang mendatangi saya dan marah karena tak terima anak laki-lakinya dipukul dengan penggaris kayu. Sejak hari itu saya mencoba berkonsultasi dengan guru bimbingan konseling. Banyak masukan yang saya dapat dan membawa banyak perubahan dalam gaya kepemimpinan saya. Dari kisah ketua galak ini mungkin bisa saya katakan bahwa gaya kepemimpinan hard leader bukan berarti tegas tanpa pertimbangan. Harus tetap rasional, tidak saklek dan memungkinkan dapat diterima dengan kondisi yang ada. Berpegang pada sistem dan visi misi namun tetap menyelaraskan dengan kondisi dan aspirasi bawahannya. Satu figur yang menurut saya memiliki gaya kepemimpinan hard leader adalah Gubernur DKI Jakarta saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline