Lihat ke Halaman Asli

KJS, Benahi Teknisnya dan Lanjutken!

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kartu Jakarta Sehat (KJS) sebagai program unggulan Jokowi terbukti dapat diterima masyarakat Jakarta dengan meningkatnya jumlah pasien berobat secara signifikan.  Jokowi menyadari bahwa antusiasme warga yang sangat tinggi, memicu lonjakan jumlah pasien di rumah sakit sampai 70 persen.  Buntutnya, ruang-ruang rawat inap menjadi penuh dan banyak warga tak tertampung.

Meski menuai isu tak sedap yang berembus dari beberapa pihak yang mendorong  dihapusnya KJS, tetapi Jokowi akan berupaya mempertahankannya. Alasannya adalah karena KJS memberi harapan baru untuk warga Ibu Kota, khususnya mereka yang miskin atau rentan miskin.

Selain itu, masih ditemukan warga mampu yang ikut antrian berobat di puskesmas menggunakan KJS. Pengalaman pribadi saya melihat langsung saat salah satu pasien berobat puskesmas yang ditanya pekerjaannya mengaku sebagai seorang direktur sebuah PT yang memang jika dilihat dari penampilannya tidaklah menunjukkan masyarakat dari golongan biasa ataupun golongan miskin.  Sementara petugas puskesmas tidak mampu berbuat apa-apa.

Menanggapi masalah-masalah teknis yang muncul dengan berlakunya KJS ini, Jokowi terbukti tak lantas menyerah. Justru dirinya terus menunjukkan upaya perbaikan.  Salah satunya adalah dengan mengatur sistem rujukan KJS yang dibuat tiga lapis, yaitu Puskesmas, RSUD dan rumah sakit swasta. Warga tidak bisa langsung berobat ke RSUD tanpa membawa rujukan dari puskesmas. Pun begitu untuk rumah sakit swasta akan menerima pasien jika RSUD telah penuh dengan tetap membawa rujukan dari puskesmas. Tak hanya itu Jokowi juga mengadakan public hearing untuk mendengar langsung keluhan warga sebagai bahan evaluasi.

Menurut saya intinya kendala yang muncul dapat dimaknai positif karena sejak ada KJS pasien menjadi melimpah.  Orang yang sebelumnya tidak mampu secara ekonomi cenderung tidak berani berobat ke RS karena tidak ada subsidi.  Kalaupun ada Jamkesda dan Jamkesmas, prosedurnya berbelit.  KJS sangat membantu masyarakat yang tidak mampu, hanya saja budaya malu masyarakat kita sangat tipis, sehingga yang mampu sering kali menggunakan fasilitas bagi yang tidak mampu.  Saya yakin kondisi kesehatan masyarakat Jakarta akan semakin membaik dan lama-lama jumlah pasien akan berkurang.  Program KJS ini perlu didukung dan terus disempurnakan untuk kesejahteraan warga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline