Lihat ke Halaman Asli

Tutut Setyorinie

TERVERIFIKASI

Pegiat Lingkungan

Bangun Jiwa Milenial di Usia Senja ala Opa Tjipta dan Oma Rose

Diperbarui: 14 Januari 2021   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Opa Tjipta dan Oma Rose | sumber: kompasiana.com/tjipta dinata effendi

Rasanya saya tidak perlu memperkenalkan lagi siapa pasangan paling 'milenial' sejagat raya Kompasiana. Tjiptadinata dan Roselina Effendi atau yang akrab disapa Opa Tjipta dan Oma Rose adalah bukti nyata dari cinta, kesetiaan, hingga pelajaran hidup yang mereka telurkan bersama.

Awal pertemuan saya dengan Opa, tentu saja terjadi berkat Kompasiana. Saat itu, tahun 2016, ketika acara Kompasianival dengan tajuk "berbagi" dilaksanakan. Usia ke-kompasianer-an saya baru berjalan tiga bulan, dengan absen yang cukup jarang. Tidak banyak wajah yang saya kenal. Namun ketika melihat sosok Opa Tjipta, entah mengapa bayangan saja langsung tertuju pada foto profilnya yang khas dan sering lalu lalang di linimasa Kompasiana. 

Tanpa ragu, saya pun langsung meminta beliau untuk foto bersama. Beliau pun mengangguk tanpa banyak bertanya, dan sebuah jepretan itu akhirnya tercipta. Foto bersama Opa Tjipta menjadi foto pertama saya bersama seorang Kompasianer. Hingga saat ini, foto itu masih tersimpan rapi di galeri dan menjadi kenangan tidak terlupakan.

Jiwa Milenial di Usia Senja

Jangan. Sekali-kali jangan melihat Opa Tjipta dan Oma Rose dari umurnya. Meski sudah menginjak kepala tujuh, Opa Tjipta dan Oma Rose tidak kalah produktif dengan para generasi muda atau yang biasa disebut dengan Generasi Milenial.

Beberapa buah keproduktifitasan mereka adalah sebagai berikut.

1. One day One Article

Jika ada satu slogan yang paling melekat dari Opa Tjipta, tidak lain dan tidak bukan adalah one day one article

Mungkin jika dilihat dari kacamata luar, menulis artikel adalah pekerjaan mudah. Namun tidak sayangku, menulis artikel butuh konsentrasi, ketekunan, dan ketelitian tingkat tinggi.

Dalam menulis sebuah artikel, kita harus melakukan riset kecil-kecilan dengan tujuan agar pembaca merasa relate dengan apa yang diketahuinya. Setelahnya, kita perlu memikirkan bagaimana merangkai kata per kata hingga memantik rasa penasaran. Dan ketika selesai, kita juga yang akan menjadi pembaca pertama sebelum diterbitkan, untuk meminimalisir kesalahan ejaan, ketidaksesuaian kalimat, dan ketidakharmonisan dalam perpindahan paragraf.

Setelah mengerti betapa susahnya menulis artikel, pasti kamu akan terkaget bagaimana Tjiptadinata Effendi melakukan one day one article secara rutin selama 8 tahun di Kompasiana, bukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline