Lihat ke Halaman Asli

Tutut Setyorinie

TERVERIFIKASI

Pegiat Lingkungan

Surealisme dalam Seni dan Sastra

Diperbarui: 9 Desember 2020   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukisan surealis karya Salvadir Dali yang paling dikenal, The Persistence of Memory. (ENCYCLOPEDIA BRITANNICA / ALAMY / M FLYNN via kompas.com)

Apa yang terbersit di benakmu ketika mendengar kata "Surealisme"?

Absurd? Tidak nyata? atau justru aneh?

Ya, dalam bahasa sederhana, surealisme adalah keanehan. Hal-hal di luar logika, musuh bagi akal sehat, namun tidak jarang juga menampilkan unsur kejutan. 

Konon, kata surealisme pertama kali muncul pada tahun 1917 oleh Guillaume Apollinaire. Kala itu, Apollinaire menulis catatan tentang balet parade yang diberi judul "Super Realisme". Realisme sendiri berarti kenyataan. Sehingga Super Realisme atau Surealisme dapat diartikan sebagai sesuatu di atas kenyataan atau di luar kenyataan. 

Surealisme dalam Karya Sastra

Awal perkenalan saya dengan surealisme terjadi di Kompasiana. Adalah Livia Halim seorang fiksianer yang mampu menggubah surealisme dalam bentuk cerpen yang epik.

Sebelumnya, saya memang sempat bersinggungan dengan surealisme yang muncul di buku pelajaran. Hanya saja, pengetahuan yang saya dapat hanya sebatas definisi. Sama seperti pelajaran lainnya, surealisme langsung menguap ketika pelajaran tersebut selesai.

Sebagai orang yang menyukai keanehan, tidak sulit bagi saya untuk jatuh cinta pada cerita surealisme. Penokohannya yang unik, banyaknya metafora, hingga ke narasi yang sering mengandung kejutan, membuat surealisme tidak pernah terasa membosankan.

Walau terkadang harus mengulang bacaan (karena saya tidak terlalu pintar dalam menafsirkan cerita), saya tidak juga jenuh menyelami dunia surealis. Mereka seperti berkerumun, membentuk magnet, hingga saya tertarik lebih dalam dan lebih dalam lagi ke dunia yang mempertanyakan kesehatan akal dan logika.

Lukisan Surealisme | sumber: photomontageart.wordpress.com

Salah satu cerpen surealis kesukaan saya dari Livia Halim, berjudul Alka.

“Bangun!” ujar Alka kepada diri sendiri. Namun ia menduga ia masih belum bangun karena rambutnya berwarna biru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline