Apa kabar, langit?
Kudengar tikus-tikus kini semakin pintar.
Mereka tidak bertelanjang lagi, melainkan bertuksedo dan memakai dasi.
Makanannya juga bukan hanya kabel atau sabun mandi.
Tetapi uang rakyat dari hasil korupsi.
Apa kabar, langit?
Sepelosok negeri kini membincangkan tentang teroris.
Mereka menyelinap di kerumunan dan meledakan diri.
Sayangnya seringkali mereka menarik orang-orang untuk mati berdiri.
Apa kabar, langit?
Tampaknya paru-paru bumi mulai lelah bernapas.
Air laut meningkat, ozon menipis, udara memanas.
Pepohonan tidak lagi didewakan, mereka diancam untuk ditebas.
Apa kabar, langit?
Lampu lalu lintas sekarang sudah berbeda arti.
Merah artinya jalan, hijau berarti berhenti.
Sedangkan aku ragu seseorang masih mengenal rambu hati-hati.
Apa kabar, langit?
Kini dunia mulai dipenuhi dengan kata palsu.
Seseorang mengatakan kekasihnya hanya memberikan cinta palsu.
Pedagang mengatakan pembelinya memberikan uang palsu.
Pejabat mengatakan pejabat lainnya berijazah palsu.
Apa kabar langit?
Semalam aku baru saja memikirkan kapan taman ini akan ramai lagi.
Dan hari ini, sekelompok orang datang dengan mesin penggiling.
Senyumku lenyap ketika mereka berkata: "Hancurkan taman ini. Mal modern pasti lebih diminati."
Apa kabar langit?
Napasku terengah-engah.
Tulangku berserakan di atas gundukan sampah.
Pandanganku mengabur, aku tidak bisa melihatmu lagi.
Apa kabar langit?
Terima kasih sudah mendengar keluhanku selama ini.
Jangan terlalu kauhiraukan cerita-cerita yang pernah kubagi.
Itu hanya cara ayunan tua menghibur dirinya yang mulai rapuh dan sepi.
Apa kabar langit?
Kuharap kau baik-baik saja.
Kabarku? Tak perlu kau tanya.
Aku bahagia di manapun aku berada.
Uhm, kau tahu, langit?
Ada tempat yang lebih indah dibanding dunia.
Seseorang menyebutnya surga.
Temui aku di sana.
Heaven, 15 Agustus 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H