Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

Menimbang-nimbang Sharenting dan Ilusi Kebahagiaan Ortu Kekinian

Diperbarui: 29 Januari 2025   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: shutterstock.com

Setiap anak adalah anugerah dan menjadi orangtua adalah pengabdian panjang. Akan tetapi tidak setiap orang dewasa bisa menyediakan dirinya untuk mengabdi yang panjang.

Ada banyak orang dewasa, mungkin saja ada saya di dalamnya, yang belum patut menjadi orangtua. Sementara di saat yang sama, menjadi orang dewasa saja adalah kerumitan yang butuh pertarungan panjang.

Orang-orang dewasa oleh pasar didefinisikan dalam sumber daya produktif, tenaga kerja, penopang mesin pertumbuhan ekonomi. Oleh politik kenegaraan, dirumuskan sebagai pemilih (voters). Oleh kebudayaan, sebagai agen-agen penerus tradisi dan nilai-nilai luhur bangsa. Dan oleh Perguruan Tinggi, didefinisikan sebagai angkatan terdidik yang akan membawa negeri ke gerbang masa depan cerah.

Di sisi ini, tidakkah menjadi orang dewasa sejatinya sedang menjalani ukuran-ukuran yang sudah didefinisikan dari luar, dari sejak masih anak-anak?

Situasi demikian seolah-olah mengingatkan pada kritik aliran Frankfurt di tahun-tahun Fasisme menggerayangi Eropa. 

Masyarakat hari ini hidup dalam ketersediaan pilihan yang sudah ditentukan. Mereka memilih pemimpin politik yang sudah diskenariokan oleh sistem, mereka memilih sekolah yang sudah ditentukan oleh pasar kerja, bahkan mereka memilih selera oleh parameter yang sudah dirancang.

Ironisnya, masyarakat yang seperti ini muncul karena menolak-melawan dikte otoritas di luar dirinya. Semisal yang diproduksi institusi agama atau oleh kelindan kepercayaan terhadap mitos-mitos para Dewa. Masyarakat semacam ini dilahirkan dari perluasan rasionalitas sebagai perlambang dari daulat manusia di dalam spirit pencerahan.

Kurang lebihnya, ini yang disebut sebagai Dilema Usaha Manusia Rasional dalam kritik Max Horkheimer (14 Februari 1895 -7 Juli 1973) yang dibahas oleh Sindhunata. 

Manusia dalam jebakan "Dialektika Pencerahan".

Kini, boro-boro membicarakan kebebasan yang otentik, membebaskan diri dari proyek rasionalisasi yang menghancurkan kemanusiaannya saja sudah buntu di mana-mana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline