Bulan tiba di atas atap,
ketika senyap dibelah nasib.
Makin dalam, malam semakin dipenuhi gaduh,
bertukar tambah dengan sendu, remuk,
segala akibat yang berbayang-bayang
sebagai trauma.
Di bawah perlindungan atap,
nasib masih bernyanyi ganjil,
lirih bagi sendiri, bertepuk sebelah,
dan/atau puisi-puisi yang tak pernah dibaca
Hingga lama sekali, sudah lama sekali
tak ada lagi diam yang bisa
menunda dan mengaburkan
airmata dan asa sisa.
Siapa yang tega,
datang sebagai khotbah?
MANUSIA...
-0-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H