Final Liga Champions.
Di Ataturk Olympic Stadium, Istanbul, Inter Milan sejatinya tidak bermain buruk.
Jika ukurannya adalah jumlah gol yang diciptakan City, maka cara bermain 3-5-2 yang ditampilkan Brozovic, dkk sudah tepat. Mereka tahu bagaimana mengelola antar lini dalam determinasi dan organisasi yang rapat. Tak sebatas ini, sesudah gol Rodri di menit ke-68, Inter Milan lebih banyak mengambil kendali penyerangan.
City dipaksa tidak banyak berkembang. Haaland yang beringas tidak terlihat sepanjang pertandingan. De Bruyne yang jenius dengan asis-asisnya pun tak tampak. Tak ada lagi "keberuntungan Gundongan" yang membantu The Citizens di final Piala FA. Juga sepinya manuver meliuk-liuk Bernardo Silva dan Jack Grealish di dua flank.
Ringkas cerita, Inter Milan berhasil meredam agresivitas dan dominasi yang identik dengan taktik Pep Guardiola. Keberhasilan yang gagal ditemukan oleh Don Ancelotti bersama Real Madrid.
Dengan sukses yang seperti ini, wajar saja jika Simeone Inzaghi mengatakan, "Kami bermain melawan Manchester City dengan kekuatan kami dan melakukannya dengan sangat, sangat baik."
Sebaliknya, pujian juga datang dari Pep Guardiola yang akhirnya berhasil dengan treble winner musim ini. "Selamat untuk Inter, tim yang luar biasa."
Bagi pelatih berkebangsaan Spanyol dan pernah bermain di Serie A bersama Brescia ini, Inter bermain yang seperti yang diharapkannya.
Inter memiliki Onana, kiper yang dapat membaca dengan sempurna ke mana semua orang harus mengoper. Juga dengan pemain tengah seperti Calhanoglu dan Barella, serta para striker yang menahan dan menggerakkan bola.
"Ini sangat, sangat sulit. Akan sedikit lebih mudah tanpa kiper ini, tetapi mereka masih sangat tangguh. Inter juga kuat secara fisik," terangnya lagi.