Jangan pernah menilai seseorang (pria) yang aku kenal melebihi umurmu - Shimazu Koji kepada Akira, anak perempuannya yang meragukan John Wick
Sebuah Klimaks. Di hadapan matahari yang merangkak naik di langit pagi kota Paris, Jhon Wick akhirnya terduduk di sebaris tangga. Ia hanya mengenang cintanya yang hakiki sebelum terbaring dengan tiga luka tembak. Seusai ini, di nisannya yang sederhana, tertulis John Wick, Loving Husband.
Tapi kita tidak pernah benar-benar yakin yang tertidur di balik nisan, di samping jasad Helen, adalah suaminya. Jardani Jovanovich alias Jonathan Wick.
Seorang yatim piatu yang dilatih menjadi pembunuh handal. Seorang dengan komitmen yang tangguh. Seorang dengan kengerian di setiap aksi-aksinya--ia bahkan bisa membunuh dengan sebatang pensil. Dan yang paling utama adalah seorang pria dengan cinta yang tak bisa ditawar, apalagi ditukar tambah.
Jangan pernah lupa kalau alasan dia bertahan sejauh ini karena hidup yang patah hati tetap harus dilanjutkan. Agar ada jiwa yang tetap mengenang kisah cintanya dengan Helen.
Dia bertahan melewati segala macam kekerasan dan brutalisme karena bukanlah kematian itu sendiri sebagai perkara yang paling ditakuti; alasan bagi "absurditas", misalnya. Tapi karena orang-orang yang telah menerima kematianlah yang layak menjalani hidup.
***
Perpisahan Filosofis. Jhon Wick: Chapter 4 telah tayang di bioskop tanah air dan segenap penasaran sesudah "Parabellum" yang sukses itu terpenuhi (saya telah menulisnya di John Wick-Parabellum dalam Lima Catatan). Ketika melihat posternya dengan berlatar menara yang dirancang Gustave Eiffel, pertanyaan ini terus muncul, apa yang dikerjakan Jhon Wick di Paris?
Kita bisa berandai-andai demikian. Paris adalah salah satu daya dorong yang membentuk peradaban manusia. Tempat ini bukan saja melahirkan para pemikir sekaligus bangsawan dan penakluk. Pendek kata, dari Paris, dunia manusia belajar tentang kebebasan, revolusi dan bagaimana tirani akan tumbang.
High Table yang membesarkan Jhon Wick pada akhirnya adalah sejenis tirani yang bekerja dari balik layar; sejenis "secret society". Kali ini, dengan mengangkat Marquis Vincent de Gramon, mereka menginginkan aksi penghabisan yang menyeluruh.