Terjaga pukul 2 dinihari. Kemudian menyalakan gawai, membuka aplikasi vidio. Demi kamu, the one and only: La Vecchia Signora!
Dinihari seperti ini, di sebuah teluk yang menghadap selat Sagawin yang memisahkan pulau Salawati dan pulau Batanta di Kepulauan Raja Ampat, saya berharap pancaran sinyal 4G bisa lebih stabil.
Tujuannya hanya untuk melihat siaran langsung Milan versus Juventus. Juventus bisa apa di hadapan Milan yang sedang asik-asiknya sesudah dua kemenangan penting tapi tidak usah dibesar-besarkan itu.
Di dalam layar kecil, terlihat wasit baru saja keluar dari ruang ganti. Babak kedua akan dimulai.Juventus sedang tertinggal 0:1. Syukurlah, prediksi saya benar adanya.
Saya memang tidak lagi memiliki keyakinan Vlahovic, dkk bakalan menang melawan Milan yang sedang stabil-stabilnya bersama Pioli.
Pasalnya adalah proyek Allegri memang tengah berada di dalam krisis, sebagaimana telah dikemukakan dengan kemuakan yang cukup di Enough is Enough, Allegri! Sebab itu juga, dua kemenangan melawan Bologna dan Maccabi tidak menjelaskan apa-apa.
Selain bahwa memang berada di level yang tidak pantas untuk meladeni Juventus. Dua kemenangan ini lebih mirip seperti rehat sejenak dari talkshow televisi yang buruk dengan iklan yang penuh muslihat dan bujuk rayu.
Lihat saja subuh barusan. Sepanjang babak kedua, Juventus tidak membuat ancaman apa-apa. Kita memang tidak lagi melihat operan segi delapan yang menjijikan itu tapi itu tidak sama dengan kembalinya kreativitas.
Bonucci atau Bremer sudah memainkan bola ke tengah lapangan, dijemput Vlahovic atau Milik. Sama halnya Locatelli yang mengalirkan bola di ruang tengah pertahanan Milan yang kosong.
Tapi berhentinya "operan segi delapan" tidak lantas membawa Juventus ke kapasitas bisa membalikan keadaan.