Kenalkan, namanya Hutch Mansell. Seorang bapak, mungkin lewat 50-an, dengan sepasang anak dan istri yang cantik dan berkarir. Hidup dengan ekonomi yang cukup juga kenyamanan yang terjaga.
Tipikal keluarga batih yang sukses menjaga keseimbangan domestik dan publik. Sungguh citra keluarga ideal di tengah dunia yang putaran kesehariannya dihidupkan dari kerja keras dan perburuan kemapanan.
Tapi Hutch yang bertampang serius, suram, dan jauh dari gagah ala "Sugar Daddy" itu terkesan merawat performa "di bawah standar". Semisal sarapan yang dibuatnya dengan penuh cinta acapkali berakhir tak disantap.
Bahkan, sekadar tepat waktu mengejar truk pengangkut sampah saja, Hutch selalu gagal.
Selalu pergi kerja di pagi hari, sesudah sedikit olahraga, lalu pulang ketika senja. Kemudian tertidur di samping istrinya yang telah nyenyak terlebih dahulu dengan bantal pemisah di tengah mereka.
Tidakkah Hutch serupa sosok yang "miris", orang baik yang ketulusannya hanya berbuah penolakan?
Sebab itu, sebagai bapak, kita mungkin akan meratapi Hucth layaknya lelaki yang ingin memastikan semuanya baik-baik saja namun dengan kompetensi di bawah rata-rata.
Oh iya, Hutch bekerja seorang akuntan di kantor yang kecil. Hidupnya pun boleh disimpulkan monoton di luar rumah.
Atau, barangkali kita mesti memahami Hutch sebagai sosok beruntung, yang dengan segala kenaifan harian itu, masih mendapatkan cinta dan keberlimpahan khas keluarga kelas menengah yang daftar tagihannya tidak sampai memicu pertengkaran suami istri.
Ditambah dengan jenis kenakalan remaja yang makin menambah kekacauan.