Lihat ke Halaman Asli

S Aji

TERVERIFIKASI

Story Collector

Film "Force of Nature", Penebusan Dosa Laki-laki di Tengah Badai dan Serangan Gangster

Diperbarui: 27 Januari 2021   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film "Force of Nature" (2020) Sumber: handumay.com

Mengutip Republika, film Force of Nature yang tayang secara on demand bulan Juni tahun 2020 telah dikritik netizen sekurangnya dalam dua pokok. 

Pertama, film yang berusaha menjual kharisma Mel Gibson ini dinilai masih sama menjual ideologi usang. Filmnya dibikin di Puerto Rico, tapi orang Puerto Rico-nya sekadar kriminal tengil dan mampus dengan mudahnya. Film seperti ini seperti merawat "imajinasi pusat-pinggiran", melengkapi relasi jagoan-penjahat dalam selera White Washing.

Kedua, latar cerita yang melukiskan suasana banjir di sebuah rumah susun juga dinilai tidak sensitif. Di bulan September, 2017, Badai Maria pernah mengakibatkan angin ribut dan banjir. Badai Maria disebut badai Kategori 4. Apa itu? 

Ini adalah badai dengan kecepatan 209 - 251 km/jam. Rumah dengan konstruksi baik bisa mengalami kerusakan parah pada atap dan bangunan. Pohon dan tiang listrik berpotensi tumbang. Pohon mungkin bisa mengisolasi daerah tertentu. Listrik bisa padam dalam hitungan minggu hingga bulan. Banyak daerah tak bisa dihuni dalam beberapa minggu atau bulan.

VoA Indonesia  mengabarkan bahwa badai itu adalah badai terkuat yang menimpa Puerto Rico, wilayah Amerika, dalam waktu hampir 90 tahun. Tingkat kerusakan sepenuhnya belum diketahui karena masyarakat masih terisolasi dan tidak dapat berkomunikasi, tetapi ada laporan bahwa kota-kota dilanda banjir besar dan longsoran lumpur.  Bencana ini adalah bencana yang mengerikan dan traumatis.

Sementara Force of Nature menjadikannya sebuah setting situasi dimana baku tembak anggota gangster dengan dua orang polisi serta penghuni apartemen terjadi. Hari ketika banyak orang cemas dengan keselamatan dirinya hanyalah hari baku tembak karena berebut lukisan berharga mahal bagi Force of Nature. Bukan saja mengada-ada namun juga tidak sensitif.

Asal-Usul dan Nama-nama
Terlepas dari dua sasaran kritik--ide tentang jagoan dan pilihan setting situasi-- Force of Nature  yang berbiaya 23 juta dolar AS ini ingin menunjukan solidaritas dan kolaborasi para penghuni dengan polisi yang bahu membahu melawan sepasukan gangster. Solidaritas yang dipimpin oleh opsir polisi, Cardillo (diperankan Emile Hirsch) dan rekan barunya, Jess Pena (Stephanie Cayo).

Sedang para penghuni itu diwakili oleh Ray Barret, seorang pensiunan polisi yang keras kepala. Lalu ada Troy Barret, seorang dokter (Kate Bosworth) yang juga anak perempuan Ray, kemudian Paul Bergkamp (Jorge Luis Ramos) seorang tua pemilik lukisan dan seorang lelaki, Griffin (Will Catlett) yang memelihara anjing buas. 

Gangster yang datang dengan senjata lengkap dipimpin oleh Jhon The Baptist (David Zayas), seseorang yang sejak awal dikesankan sangat keji dan tak suka negosiasi. Di sebuah bank, John menembak kepala seorang perempuan tua dan pengawalnya karena terlihat panik. Eksekusi yang dingin di suasana terbuka.

Dengan begitu, kita terus diberi kesan jika situasi pertarungannya timpang. Ini soal orang-orang biasa yang berusaha menyelamatkan diri dari badai Kategori 5 (sebagai latar dramatik dari marahnya kekuatan alam) dan harus terjebak pertempuran hidup mati dengan pemburu lukisan mahal yang keji. 

Walapun begitu, bagi mereka yang pernah menyaksikan film-film Mel Gibson, seketika bisa terbayang film seperti ini cuma akan mendaurulang heroisme seorang ayah. Atau mungkin seorang tua yang sepanjang hidupnya tidak berguna, bikin masalah melulu dan menyia-nyiakan kasih sayang orang-orang terdekat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline